BANDUNG – Painball menjadi permainan penutup penggemblengan mental para calon atlet bulu tangkis melalui outbound PB Djarum 2018 di Markas Zone 245 Cikole Lembang.
Kegiatan itu menurut Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi agar mereka, para calon atlet masa depan bangsa bisa terbiasa dengan intruksi yang dikatakan instruktur. Dan bisa mengalahkan lawan atau pelatih nantinya.
”Jadi dengan berakhirnya batch 1, kita menilai anak-anak itu dalam mengikuti kepelatiham di zone 245 ini ada beberapa kekurangan. Dari berjalanya proses itu, jadi diantaranya adalah ada sedikit kesulitan dalam mengikuti intruksi dari para intrustur di sini,” kata Fung.
Fung menilai, kedisiplinan merupakan jalan untuk menjadi juara, sehingga seluruh atletnya harus ini dan membiasakan diri dengan kedisiplinan. ”Jadi di sini lebih kepada arah militer. Jadi untuk mereka tidak terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Menurut saya justru suatu pembelajaran yang baik sekali bagi atlet PB Djarum. Mereka bisa merasakan bahwa dalam perjuangan hidup ini perlu kedisiplinan yang membutuhkan satu totalitas dalam mengikuti intruksi yang sudah digariskan,” terangnya.
Setelah digembleng mental ala militer lanjut Fung, mereka akan berlatih lagi dua minggu untuk persiapan menghadapi Sirnas Jawa Tenggah di Purwokerto. ”Kita akan bawa anak-anak ini sekitar 80 persen ke atas untuk mengikuti even tersebut,” ucapnya.
Fung menilai sejauh ini, PB Djarum masih kesulitan mencari atlet bulutangkis yang mampu bersaing. Selain secara Nasional tapi juga mampu berbicara banyak di level dunia yang disumbambangkan untuk Indonesia.
“Jadi secara nasional kita kekurangan atlet yang berkelas di nomor tunggal yang bisa bersaing di tingkat dunia. Sedangkan untuk ganda, terutama untuk ganda campuran. PB Djarum boleh dibilang penyuplay atlet ganda putra di Pelatnas,» jelasnya.
Hal tersebut ungkap Fung, ada kaitanyua dengan kesulitan bagi para calon atlet binaan PB Djarum yang ada di Jakarta. Karena atlet ganda binaan kita ada di Jakarta untuk atlet tunggal di Kudus. ”Dari sisi fasilitas kita cuma punya tiga lapangan, itu untuk berlatih tidak cukup. Kalau penilaian kita, para atlet ini harus belajar menghadapi kesulitan. Jadi nanti ketika bertanding meteka mendapatkan kesulitan seperti apa sudah terbiasan dan meyesuaikan diri sedangkan kudus relatif lebih nyaman, karena keyaman itu bisa melenakan,» ungkapnya.