Menurut dia, hingga jalur diperbaiki, kawasan puncak masih belum aman untuk dilintasi. Maka demikian, perbaikan tebingan kawasan puncak terus di-update.
Sementara itu, rusaknya jalur rel kereta api Bogor-Sukabumi akibat bencana longsor yang terjadi di jalur KM 13.800 Cijeruk, Kabupaten Bogor akan segera dirancang kembali.
Rencananya pembangunan jembatan darurat akan segera dilakukan dan diperkirakan akan selesai dalam waktu tiga hari. Jauh lebih cepat dari rencana yang sebelumnya yakni selama seminggu.
”Saya sudah koordinasi dengan Kemenhub, Dirjen Perkeretaapian, dan Daop 1. Hasil koordinasi akan di segera dilakukan perbaikian, supaya nanti transpotasi dari arah Bogor ke Sukabumi bisa berjalan dengan seperti biasanya,” kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Dedi Taufik, kemarin (6/2).
Lebih lanjut, dikarenakan perbaikan tersebut merupakan ranah Kemenhub, pihak Dishub Jabar akan melakukan pengalihan transportasi masyarakat dari kereta ke bus. ”Kami akan membantu dalam pergerakanya supaya transporatsi yang akan menuju Sukabumi Bogor kita alihkan dulu supaya menggunakan transportasi lain yaitu dengan menggunakan bus,” terangnya.
Selain itu, pihaknya juga akan membantu proses pendataan dan penyisiran daerah rawan bencana sepanjang jalur kereta Bogor-Sukabumi. ”Kita akan data daerah rawan bencana di jalur kereta api, sehingga nanti kita akan lihat kalau memang tanahnya milik PT. Kereta Api segera kita akan mengadakan perbaikan-perbaikan di jalur kereta api ini,” tandasnya.
Sementara itu, banjir yang melanda wilayah DKI Jakarta akibat luapan debit air sungai Ciliwung masih berlangsung hingga selasa sore kemarin (6/2). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 11 ribu orang terdampak dengan 6 ribu diantaranya mengungsi.
Berdasarkan laporan BPBD DKI Jakarta, hingga selasa siang (6/2), Banjir telah merendam rumah milik 7.228 kepala keluarga atau 11.450 jiwa. Banjir merendam 141 RT dan 49 RW di 20 kelurahan pada 12 kecamatan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat.
Tercatat 6.532 jiwa telah meninggalkan rumah mereka. Tersebar di 31 titik pengungsian di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Meskipun ribuan rumah terendam banjir, banyak masyarakat yang tidak bersedia mengungsi.