Penanda Kota Tua Tak Sesuai Konsep

BANDUNG – Tim Cagar Budaya Kota Bandung mengkritisi pembangunan sejumlah penanda kota tua, yang pembangunannya dinilai tak jelas. Padahal rencananya pemerintah kota (Pemkot) Bandung berencana akan membangun 13 penanda kota tua.

Tak hanya tim cagar budaya yang memberikan kritikan sejumlah warga lainnya melalui media social banyak memberikan kritikan kritikan tajam. Mulai dari bentuk bangunan yang belum menandakan sebagai sebuah kota tua, hingga bangunannya yang justru menggerus trotoar yang merupakan hak pejalan kaki.

Dari 13 penanda kota tua yang akan dibangun. Pemkot Bandung tercatat baru menyelesaikan Tiga, yakni di Jalan Katamso, Tegalega dan persimpangan Jalan Cihampelas. Beberapa titik lainnya seperti di Jalan Aceh, Jalan Wastu Kencana depan masjid Raya Bandung, dan Dua gerbang penanda kawasan kota tua di Jalan Riau dan Dago masih dalam proses pembangunan.

Anggota tim cagar Budaya Kota Bandung Harastoeti menilai wajar munculnya berbagai kritikan dari masyarakat tersebut. Apalagi pihaknya pun tak pernah ikut serta dalam merealisasikan aturan yang sudah masuk dalam Perda. ”Kalau dari kami, sebetulnya kami menjalankan tugas ini sesuai dengan aturan yang ada. Sebetulnya, kawasan kota lama itu. Di Perda baru ada Enam kawasan. Perdananya Nomor 19 Tahun 2009 tentang pengelolaan penanda kota tua atau cagar budaya,” kata Harastoeti pada Jabar Ekpres kemarin (5/2).

Adanya peraturan walikota (Perwal) tentang penanda kota itu, semula memang bertujuan sifatnya bagaimana ada sebuah bangunan yang berfungsi sebagai bangunan penanda. Bangunan tersebut menjadi salahstu symbol yang memberitahukan jika suatu kawasan itu masuk dalam kota lama dan merupakan bagian dari bangunan cagar budaya. Sayangnya, dia menilai jika apa yang sudah dan akan dibangun Pemkot Bandung, dipandangnya tak sesuai dengan Perwal. ”Yang sekarang tidak sesuai dengan Perwal, kalau menurut saya. Saya nggak tahu bentuk itu munculnya dari mana kemudian filosofisnya apa?” singkat Harastoeti.

Apalagi memang dalam perumusan bentuk bangunan penanda kota tua itu, pihaknya tak pernah dilibatkan. ”Saya tidak tahu kenapa muncul bentuk seperti itu. Barangkali ada ide dari Perancis atau dari jaman Romawi, ya gerbang gerbang seperti itu lah yang jadinya. Tim cagar budaya nggak pernah diajak diskusi terkait pembagunan ini. Tahu tahu ada saja. Saya tidak tahu prosesnya seperti apa,” ungkapnya satir.

Tinggalkan Balasan