RS Al Ihsan Resmikan Pelayanan Diabetic Center

BALEENDAH – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan Baleendah Kabupaten Bandung meresmikan pelayanan Diabetic Center. Hal terseut guna untuk mengurangi bean para pasien diabetes yang ada di Jawa Barat. “Pembukaan tempat pelayanan diabetes, untuk para pasien agar mendapatkan pelayanan terpadu, karena kita tidak hanya milayani oleh satu orang ahli saja, namun kita mendapatkan ahli diabet,” kata Direktur RSUD Al Ihsan, Komar Hanifi saat di temui di rumah sakit, Rabu (31/1).

Menurutnya, pelayanan terpadu ini memberikan pelayanan yang komplite, diantaranya, apabila pasien harus di edukasi maka akan mendapatkan pelayanan untuk penyuluhan edukasi, kalau sudah di edukasi harus tau apa yang di makan, maka ada klinik gizi nya, dan yang ke empat apabila pasien mendapat satu luka untuk diabet maka akan ada perawatan lukanya sekaligus, sehingga apabila pasien mereka vonis untuk amputasi, maka apabila ada ruang luka diabetic center akan tertolong dan pasien tidak harus di amputasi, sehingga meminimalisasi agar pasien tidak di amputasi.

“Selain itu, kita pun mempunyai ruangan untuk pasien yang komplikasi, seperti jantung, dan klinik jantungnya ada disini dan syarafnya yang sudah terkena diabet maka klinik syarafnya pun ada disini. Sehingga mereka memudahkan, seperti one stop shoping, ketika mereka ke klinik diabetic center, maka mereka bisa dilayani oleh semuanya, apabila mereka terkomplikasi,” ungkapnya.

Dia pun menjelaskan, jumlah pasien cukup banyak, rata-rata setiap harinya hampir 80 pasien per hari, hampir keseluruhan pasien rawat jalan. Pasien sendiri dari berbagai wilayah, Kabupaten Bandung, tasik, garut dan lain-lainnya.

“RS Al Ihsan ada lebihnya ketimbang rumah sakit lain, karena rumah sakit lainnya tidak ada yang terpadu, sedangkan kita pelayanan terpadu sehingga memudahkan semua pelayanan dan dapat di akses dalam satu waktu. Sehingga masyarakat dari preventif, promotif hingga akuratifnya ada di ruangan terpadu ini,” jelasnya.

Lebih lanjut lagi, Ia pun menerangkan, rata-rata pasien diabet dalam kurun waktu 2017 ini sebanyak 4,4 persen dari jumlah penduduk, sehingga jumlah angka diabet di Jawa Barat masih termasuk tinggi dan angka kesakitan serta fatalitasnya pun cukup tinggi karena pola hidup sebagai sumber resiko, sampai sekarang diabet bergeser hingga anak-anak yang usia produktif. “Hal ini lah yang di butuhkan oleh kita, selain penyuluhan, pengobatan juga,” paparnya. (yul)

Tinggalkan Balasan