BANDUNG – Pemerintah kota (Pemkot) Bandung membidik peningkatan pendapat anggaran daerah (PAD) dari adanya penataan reklame. Wali kota Bandung menarget capaian pendapatan dari sektor ini pada Tahun 2018 bisa menembus angka Rp 240 Miliar.
”Tahun 2017 lalu, tidak mencapai target itu karena ada teknis yang bertentangan dengan perda. Nah, tahun ini semua reklame akan dibangun lagi sesuai karakter, canggih sehingga income bisa tercapai,” kata Ridwan Kamil usai melakukan penataan reklame billboard di kawasan Jalan Perintis Kemerdekaan (Viaduct), kemarin (22/1).
Sejak kemarin Pemkot Bandung akan mulai menata penggunaan reklame di seluruh sudut kota. Rencananya, seluruh papan reklame yang ada di Kota Bandung akan memiliki wajah baru dengan karakter di setiap wilayahnya.
Dikatakan Ridwaan, penataan sesuai dengan Peraturan daerah (Perda) yang disahkan di akhir Tahun 2016 lalu terkait reklame. Target pertama melakukan penataan di kawasan Kota Tua (art deco) hingga Tiga bulan ke depan. Selama itu sebut Ridwan akan banyak dilakukan pembongkaran reklame. ”Instruksi saya dimulai program penataan sesuai Perda yang baru. Selama Tiga bulan ke depan akan banyak penertiban.
Reklame- reklame yang telah disetujui akan didesain ulang,” tandasnya. Ridwan menyebutkan reklame yang habis dan ilegal akan dibongkar, sementara tempatnya aklan ditata ulang sesuai kawasannya.
Pembangunan titik reklame terpasang akan disesuaikan berdasarkan kawasan, misalnya daerah kota tua dan heritage. Selain itu, pembangunan papan reklame juga tidak akan didesain dengan ukuran besar tetapi disesuaikan dengan ukuran dan kebutuhan.
Selain itu jika reklame berada di dalam kawasan Kota Tua gayanya harus artdeco tidak boleh asal-asalan. Jika tidak berada di dalam kawasan kota tua dia membebaskandesainnya. ”Makna simbolis pada reklame besar. Ini bentuk dan ukurannya harus dikurangi karena di belakangnya terdapat sungai Cikapundung. Sehingga orang dapat menghargai sungai Cikapundung. Sekarang kan boro-boro ada yang mau nongkrong di sini. Agar kota ini lebih bermartabat, tidak habis ruang-ruang sejarahnya terhadap reklame yang terlalu besar,” jelasnya.