Tempat Schwarzenegger Telanjang

Tak seperti atraksi lain di observatorium, planetarium itu tidak bebas dikunjungi kapan saja. Ia hanya dibuka saat ada show. Dalam sehari biasanya ada tiga show berdurasi masing-masing 45 menit. Topiknya macam-macam. Ada perkembangan studi alam semesta, apakah ada air di luar bumi, dan sebagainya. Pengunjung harus membayar USD 7 (Rp 94 ribu) jika ingin masuk (dan menonton).

Saat itu show paling dekat adalah show pukul 13.30. Sejak pukul 13.00, pengunjung antre masuk dari lantai 2 gedung. Pintu dibuka pukul 13.15. Begitu masuk ke planetarium, segala adegan di La La Land jadi masuk akal. Ruangan itu berbentuk bulat, dengan langit-langit berupa kubah. Separo dinding hingga langit-langitnya menjadi layar raksasa dengan proyeksi langit malam.

Kursi-kursinya –yang berjumlah 290 kursi– ditata setengah melingkar, mengitari sebuah proyektor besar. Kursi-kursi itu didesain agak mendatar supaya yang menduduki otomatis setengah rebahan dan memandang langit-langit. Duduk di sana rasanya berada di tengah lapangan luas, memandang langit malam yang berwarna biru beledu.

Film semidokumenter tentang perkembangan studi alam semesta –dimulai dari zaman dewa-dewa Yunani Kuno hingga penelitian Nicolaus Copernicus– hanya sedikit menarik perhatian. Sepanjang film, yang terbayang malah Emma Stone dan Ryan Gosling yang diangkat dengan tali transparan dan menari-nari di bawah kubah planetarium yang layarnya menampilkan proyeksi langit berbintang.

Ada satu spot lagi di kawasan Griffith Park yang jadi set syuting La La Land. Yakni, Cathy’s Corner, tempat Mia dan Sebastian melakukan tap dance diiringi lagu A Lovely Night. Jika mencari di Google, kita tidak akan mendapatkan titik lokasi yang pasti. Usut punya usut, spot itu memang hanya berupa sebuah tikungan biasa di Mount Hollywood Drive.

Mau memaksa ke sana? Boleh. Di Google Maps, ada opsi naik mobil. Hanya 24 menit. Tapi, faktanya, mobil tidak bisa ke sana. ’’Bagian itu hanya bisa dilewati pejalan kaki dan pesepeda,’’ kata Edgardo, driver Uber yang saya pesan untuk mengantar ke sana.

So, satu-satunya cara ke sana adalah… jalan kaki! Edgardo tidak marah saya membatalkan pesanan. Dia malah kasihan. Sebab, saya harus menempuh jalur menanjak sejauh 2,5 mil. (*/rie)

Tinggalkan Balasan