“Kira-kira fasilitas yang dimiliki oleh pemprov, yang memungkinkan menjadi tempat selanjutnya setelah selesai di P2TP2A itu yang mana? Yang jelas kita ingin hak pengajaran tetap bisa kita penuhi,” ujar Netty.
Kondisi Korban Cenderung Stabil
Sejak mulai dititipkan ke kantor P2TP2A pada Sabtu (6/1) lalu, kondisi ketiga korban cenderung stabil. Mereka masih menampakkan sisi dan sifat umum anak-anak, seperti ceria, mau bercerita, juga senang bermain-main.
Netty menuturkan bahwa psikolog sudah membuat serangkaian kegiatan untuk membantu proses adaptasi korban menjadi lebih nyaman. Karenanya, Netty sangat membatasi dan meminimalisasi interaksi korban dengan rekan-rekan dari unsur birokrasi dan lainnya, kecuali bagi psikolog dan relawan di lingkungan P2TP2A.
“Saya perhatikan mereka memang sangat gembira,” pungkas Netty.
“Terakhir saya pulang (dari memantau shelter P2TP2A) hari Senin sore, mereka sedang bernyanyi sama psikolog. Ada kalimat-kalimat seperti ‘besok bangun tidur sholat ya, deal!’, ‘jangan lupa membereskan tempat tidur ya, deal!’. Jadi dibangun semacam kesepakatan, membangun keteraturan, termasuk mengenalkan konsep-konsep kebersihan diri,” katanya. (prov/ign)