Haru dalam Misa Rasa Indonesia di Kapel Jerusalem

Wartawan Jawa Pos INDRIA PRAMUHAPSARI turut merasakan ketatnya pengamanan Natal di Bethlehem sebelum menyeberang ke Jerusalem untuk mengikuti misa. Natal yang basah oleh hujan, berkah yang selalu dirindukan warga di sana.


DARI hotel yang terletak di pusat kota, di tengah guyuran hujan deras, sirene terdengar meraung-raung. Mobil patroli polisi Palestina lalu-lalang di jalanan. Sekitar 20 menit sekali, kira-kira.

Bethlehem, yang terletak di Tepi Barat, wilayah kekuasaan Otoritas Palestina, memiliki curah hujan rendah. Tapi, tiap Natal, air dari langit selalu turun dengan deras. Juga, pada Minggu malam lalu (24/12) angin yang cukup kencang menyertai.

Tapi, polisi harus tetap bersiaga. Sebab, mereka punya tugas besar: mengamankan misa malam Natal. Apalagi, malam itu ada Uskup Agung Israel Patriarkat Monsignor Pierre Batista yang akan memimpin misa di Gereja Nativitas di Bethlehem.

Karena itulah, pengamanan dilipatgandakan. Sejak pagi, tentara-tentara Palestina sibuk. Mereka memeriksa tas dan barang bawaan semua orang yang melintas menuju Gereja Nativitas. Baik turis maupun warga setempat.

”Saat Natal seperti inilah tentara Palestina terlihat di berbagai sudut. Biasanya, mereka relatif santai,” kata Pater Al Gesu, rohaniwan asal Maluku yang bertugas di Jerusalem.

Bethlehem, menurut Pater Al yang sudah dua tahun tinggal di Jerusalem, selalu aman. Di kota berpenduduk sekitar 220 ribu orang itu, Palestina berkuasa.

Di sebelahnya, Jerusalem, Israel yang punya wewenang. Urusan keamanan pun menjadi tanggung jawab mereka. Selama ini, dua kota yang penting bagi umat Nasrani tersebut bisa berdampingan dengan damai meski dikuasai dua otoritas berbeda yang tenar dengan perselisihannya tersebut.

Tapi, belakangan Jerusalem memanas, menyusul deklarasi dukungan AS terhadap kota tua itu sebagai ibu kota Israel. Demonstrasi merebak, mengakibatkan 15 pendemo Palestina tewas, ratusan terluka, dan ratusan lain ditangkap.

Di Tepi Barat, setidaknya selama saya dan rombongan tur rohani dari Indonesia tiba di sana pada Sabtu lalu (23/12), demonstrasi serupa tak terlihat. Namun, di berbagai sudut, tampak poster, spanduk, dan baliho dukungan yang menyatakan bahwa Jerusalem adalah ibu kota abadi Palestina.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan