BANDUNG – Ratusan guru honorer di Kota Bandung menggelar salat duha dan istighosah di halaman masjid Raya Jawa Barat (Alun-Alun Bandung), kemarin (27/12).
Acara tersebut menurut sejumlah peserta sebagai salahsatu upaya yang mereka lakukan untuk memohon perbaikan nasib. ”Kami berharap agar apa yang inginkan, didambakan para guru honorer di Kota Bandung dapat terwujud. Makanya kami menggelar kegiatan ini,” kata seorang guru dii SMK Prakarya Internasional Usman Djamaludin.
Selama ini kata dia, para guru honorer menilai pemerintah tak berpihak pada nasib mereka. Beberapa hal yang masih mengganjal di antaranya, pencairan dana hibah tahun 2017 yang masih belum dapat dicairkan; lambatnya pengangkatan status guru honorer menjadi PNS; belum adanya insentif bagi guru non PNS di Kota Bandung; dan penghasilan guru honorer yang masih di bawah standar UMK.
”Tahun ini, kami lebih mendekatkan diri dengan kegiatan spiritual, dengan harapan Allah menggerakkan hati para pemimpin di wilayah Kota Bandung, Dinas Pendidikan untuk lebih memberikan kemudahan ke para guru honorer. Kalau tahun lalu kami turun ke jalan melakukan demonstrasi,” ujarnya.
Dia menambahkan selama ini nasib guru honorer di Kota Bandung baik yang mengajar di jenjang SD dan SMP negeri maupun swasta, tercatat lebih dari 40 persen dari total jumlah guru di Kota Bandung masih mendapat gaji yang jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mewakili seluruh guru honorer di Kota Bandung, dia menuntut Pemerintah Kota Bandung untuk menerbitkan surat keputusan (SK) guru tidak tetap, sehingga para guru honorer dapat melaksanakan sertifikasi seperti guru-guru honorer yang berada di sekolah swasta.
”Beberapa guru honorer di sekolah negeri sampai sekarang belum mendapatkan kesejahteraan yang lebih, sekalipun beberapa guru honorer di SMA dan SMK sudah mendapat tunjangan dari pemerintah provinsi, tetapi itu pun dibayarkan kadang-kadang tiga bulan sekali,” tandasnya. (nif/rmo/ign)