Desa Hegarmanah Prioritaskan Jalan Desa Sebagai Akses Pertanian

paNtau: kepala Desa Hegarmanah iyus rusandi memantau pegawainya yang sedang melakukan pelayanan.

Kepala Desa Hegarmanah, Iyus Rusnadi S. Mengatakan, untuk Kabupaten Garut ada dua yang menjadi percontohan Desmigratif. Diantaranya Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, dan Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan.

“Selama ini Desa Hegarmanah memang menjadi kantong TKI. Dari data sementara saja, sudah terdata sebanyak 200 orang yang menjadi TKI aktif maupun purna TKI,” katanya.Kementerian Ketenaga Kerjaan pun sudah membentuk Operator Desmigratif yang berada langsung di bawah naungan Kemenaker, dan Pemerintah Desa sebagai penanggung jawab nya.

“Kementerian Ketenaga Kerjaan bekerja sama dengan berbagai Kementerian dan Bank BNI melalui dana CSR nya, sudah menyalurkan bantuan sarana untuk Desmigratif. Diantaranya Komputer beserta printernya, rumah edukasi dan sumbangan buku, ruang penerangan kesehatan, dan juga melakukan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat keluarga TKI,” katanya.

Operator Desmgratif Desa Hegarmanah, Agung Mohamad hasbi menjelaskan, program Desmigratif ini memiliki empat program prioritas. Diantaranya, pusat pelayanan migrasi, usaha produktif, Community Parenting dan juga Koperasi TKI.

Nantinya Operator Desmigratif inilah yang akan menjadi fasilitator untuk menjalankan keempat program prioritas tersebut untuk menyambungkan masyarakat TKI dengan Pemerintah dalam hal ini Kemenaker.

Banyak tugas yang akan diemban oeprator Desmigratif, mulai dari pendataan data TKI/TKW, memberikan perlindungan dan membantu menyelesaikan persoalan TKI di luar negeri, pemberdayaan ekonomi TKI, sampai kepada pelayanan bagi masyarakat yang ingin daftar menjadi TKI.

“Operator demigratif ini juga menjadi satu upaya pemerintah untuk menghindari percaloan yang ingin menjadi TKI. Karena itu Pemerintah memberikan fasilitator resmi untuk masyarakat daftar yaitu kepada operator desmigratif,” jelasnya.Selain itu desmigratif ini juga bertujuan untuk memberdayakan perekonomian TKI. Karena banyak TKI/TKW yang sepulang dari luar negeri tidak tahu bekerja apa dan melakukan usaha apa.

“Desa kita sudah terbentuk dua kelompok TKI yang sudah berjalan baik di bidang usaha poduktif. Alhamdulillah dua kelompok itu pun sudah mendapatkan pelatihan dan berbadan hukum,” katanya. (fer)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan