jabarekspres.com, SOREANG – Pengendalian secara vegetatif merupakan salah satu langkah yang ditempuh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung dalam mengatasi persoalan lahan kritis.Kebijakan tersebut mesti dilakukan mengingat Kabupaten Bandung memiliki lahan kritis yang cukup luas sekitar 22.076,68 Ha.
Dalam penanganan sejak tahun 2011 Pemkab Bandung telah menangani lahan kritis seluas 11.870,57 Ha. Lahan seluas itu, masing-masing berada di Kecamatan Nagreg (673 Ha), Cicalengka (423 Ha), Cikancung (1.192 Ha), Paseh (806 Ha), Ibun (221,52 Ha), Cilengkrang (360,67 Ha), Cileunyi (393 Ha), Cimenyan (1.028,50 Ha), Kertasari (315,80 Ha), Pacet (1.020 Ha), Ciparay (407 Ha), Baleendah (388 Ha), Arjasari (245 Ha), Banjaran (358,38 Ha), Cimaung (211 Ha), Pangalengan (2.033,22 Ha), Rancabali (64 Ha), Soreang (158 Ha), Pasirjambu (175 Ha), Ciwidey (331 Ha), Kutawaringin (414 Ha), Margaasih (2 Ha) dan Kecamatan Cangkuang (593 Ha).
Bupati Bandung Dadang M Naser mengatakan, data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengungkapkan selama tahun 2012 telah ditanam sebanyak 3.828.200 batang tanaman kayu diatas lahan seluas 7.676,23 Ha. Sedangkan tanaman buah-buahan yang ditanam ditanam sekitar 23.700 Batang.
Seperti halnya di Blok Pasirmunding Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari, Pemkab Bandung akhir Desember 2012 lalu telah menanam sedikitnya 21 ribu batang tanaman kayu dan buah-buahan diatas lahan ± 52 Ha. Tanaman kayu yang ditanam diantaranya Kaliandra, Suren, Kopi, Kayu Putih, Jeruk dan Alpukat. “Tanaman jenis ini akan tumbuh baik diatas ketinggian 1000 meter,” kata Dadang saat diwawancara di kantornya, kemarin (7/12).
Tanpa mengesampingkan lahan kritis di daerah lain lanjut Dadang, penanganan lahan kritis di Kecamatan Kertasari menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Bandung. Hal ini perlu dilakukan, mengingat di wilayah itu terdapat hulu sungai Citarum yang keberadaannya sangat dinantikan oleh jutaan penduduk Jawa Barat.
”Jika lahan kritis di Kertasari tidak segera ditangani, maka akan mengakibatkan sedimentasi yang demikian tinggi di aliran sungai Citarum, untuk itu saya sangat memprioritaskan penanganan lahan kritis di daerah ini,” ungkapnya.
Masih dalam kaitan pengendalian secara vegetatif, mulai tahun 2013 Dadang telah memulai pembuatan “Leuweung Sabilulungan” di masing-masing kecamatan yang memiliki areal lahan kritis. Menurutnya, minimal dalam satu kecamatan terdapat satu hektare “Leuweung Sabilulungan” yang pemeliharaannya bisa dilakukan secara bersama-sama antara aparat, masyarakat dan pengiat lingkungan.