Kaulinan Barudak Kembali di Mainkan

jabarekspres.com, CIKANCUNG – Permainan tradisonal yang keberadaannya sudah jarang dimainkan oleh anak-anak kini kembali di gelar dalam Festival Kaulinan Barudak SMA 1 Cikancung Desa Cihanyir.

Ketua Federasi Olah Raga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Kabupaten Bandung Kurnia Agustina yang membuka acara tersebut mengaprsiasi dengan digelarnya Festival Kaulinan barudak tersebut. Dengan, begitu, permainan yang biasa dimainkan pada jaman dulu tetap terlestarikan.

Selain itu, dirinya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat terutama para orang tua dan guru, untuk menghidupkan kembali Kaulinan Barudak ini. Sebab, Kaulinan Barudak bisa dikembangkan kedalam Olahraga Tradisional.

“ Sebagai permainan juga olah raga tradisional di tanah sunda, yang sarat makna dan filosofi terhadap pembentukan karakter,”jela Nia ketika ditemui kemarin (22/11)

Kaulinan Barudak merupakan budaya masyarakat sunda yang memiliki kearifan lokal. Bahkan untuk mempraktekannya tidak harus mengeluarkan biaya yang mahal seperti permainan moren saat ini.

Dengan melakukan kaulinan ini, anak-anak juga bisa saling berinteraksi sehingga akan memunculkan sifat sosial diantara mereka dengan melakukan kekompakan untuk memenangkan lomba.

Pada kesempatan yang digagas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan FORMI Kabupaten Bandung itu, lanjut Teh Nia, memperkenalkan kaulinan urang lembur sebagai warisan budaya dengan berbagai makna.

Menurutnya, filosofi kaulinan urang lembur sangat erat kaitannya dengan pembentukan karakter anak, seperti kejujuran, kekompakan dan kebersamaan.

Beberapa kaulinan urang lembur yang ditunjukan kata Dia, ada engrang batok, momotoran dari bamboo, babalonan sarung, paparahuan sarung, boyboy an, momonyetan sarung dan jamparingan, yang sebagian alat kaulinan ada di rumah jug bisa dibuatkan sendiri.

Dia berharap dengan dihidupkannya kembali permainan tradisional kaulinan urang lembur, selain mempertahankan budaya sunda, juga mampu menggeser permainan gadget.

Senada dengan ketua FORMI, Asisten Pemerintahan Kabupaten Bandung Yudhi Haryanto,SH,SP1 menguraikan, permainan tradisonal ‘kaulinan urang lembur’ masih relevan dengan masa kini, berguna untuk memberikan pelajaran social, dan nilai-nilai kepada anak melalui sesuatu yang dapat diterima, yakni bermain.

“Budaya sunda dan kearifan lokal yang berkembang, merupakan khasanah nilai luhur yang mampu memperekat soliditas dan solidaritas sosial masyarakat, serta menjadi benteng pertahanan masyarakat terhadap dampak negative yang ditimbulkan perkembangan teknologi informasi dan globalisasi selama ini,” terang Yudhi. (yul/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan