Si Miskin dan Pilgub

Supaya simbiosa organisme apa pun dalam pilgub Jawa Barat 2018 tidak merugikan salah satu pihak mana pun, beberapa hal berikut ini patut dipertimbangkan. Pertama, hindari kooptasi organisme kuat terhadap organisme lemah. Kedua, yakinkan bahwa Anda mempunyai posisi tawar yang kuat sehingga tidak terjadi hegemoni politik. Ketiga, pertimbangkan secara matang bahwa kesediaan Anda menjadi kandidat bakal calon tidak semata-mata demi kepentingan kekuasaan. Keempat, sadari secara nyata bahwa pemilih semakin cerdas  dan kemungkinan Anda bukan merupakan pilihan mereka. Kelima, posisikan pilgub ini sebagai ruang demokrasi yang memberi manfaat berupa kebijakan publik yang tidak sekadar memihak kepada organisme tertentu. Keenam, pilgub didanai oleh cucuran keringat sejumlah orang miskin yang membayar pajak dan retribusi di Propinsi Jawa Barat, maka jangan sakiti mereka.

Organisme dan atau publik menjadi kekuatan yang kritis dan responsif dalam pilkada. Bagaimanapun, publik yang sejati bukanlah kategori pasif, melainkan aktif. Publik bukan kerumanan massa yang diam atau sekedar menjadi supporter (penggembira). Publik adalah warga negara yang memiliki kesadaran dirinya, hak-haknya kewajibannya dan tanggung jawabnya serta kepentingannya. Mereka memiliki keberanian menegaskan eksistensi diri, memperjuangkan pemenuhan hak-haknya, dan mensedak agar kepentingan-kepentingannya terakomodasi, melalui prosedur yang demokratis. Pilkada Jawa Barat 2018 diharapkan menjadi medium untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Paham kedaulatan rakyat secara asasi mengakui persamaan hak politik, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras atau kelas sosial ekonomi. Demikian juga rakyat berdiri sama didepan hukum (negara demokrasi adalah negara hukum). Dengan kata lain tidak ada simbiosa yang terkooptasi atau melakukan kooptasi politik hanya untuk kepentingan kekuasaan belaka.

Kepada kandidat bakal calon pilgub Jabar 2018 perlu diingatkan bahwa pemilihan gubernur yang secara regular berlangsung lima tahun sekali ini, jangan sekali-kali diartikan sebagai manifestasi pemanfaatan organisme tertentu untuk menopang dan menaikkan jabatan politik belaka. Di balik itu semua adalah sebagaimana ditulis Che Guevara, “Kurasa aku tidak bisa istirahat jika tinggal di negerimu”. Aku tidak bisa memejamkan mata terhadap segala bentuk keadilan dan kegilaan politik yang terus menghantam orang miskin. ****

Tinggalkan Balasan