Ingin Jaga Harga Stabil, Hilangkan Kartel Sayuran

“Kita sudah melihat anggaran tersebut di kementerian pertanian, terutama di direktorat jenderal tanaman pangan, angaran untuk pengawetan sayuran, namun di sentral-sentral sayuran yang berada di Kertasari dan Pangalengan, kenapa belum ada untuk pengawetan sayuran tersebut. Padahal, anggaran direktoral jenderan tanaman pangan disekitaran diatas 1 triliun,” jelasnya.

Selain terkait sayuran, kata H. Cucun harus ada pengelolaan pasar yang baik sebagai pusat transaksi antara pasar tradisional yang kesehariannya menjadi pusat transaksi antara pembeli dengan penjual, terutama dikebutuhan bahan pokok agar jangan diganggu dengan hadirnya pemanfaatan kewenangan sebagian oknum yang ada. “Kembalikan fungsi pasar ini menjadi, pungsi transaksi antara penjual dan pembeli, jadi jangan diberi kewenangan seperti pasar kaget atau apapun,” tegasnya.

H. Cucun mengaku sangat pengapresiasi Bupati Bandung, Dadang M.Naser yang berani melakukan penertiban ritel seperti minimarket yang sangat jelas merusak pasar tradisional dan para pedagang kecil.

“Saya sebagai salah satu wakil rakyat, mengapresiasi Bupati Bandung. Jangan takut rakyat ada di belakang, kami juga sama akan teriak terus mengenai regulasi ini, karena setiap perekonomian bisa jatuh, apabila pasar dan para pedagang kecil rusak oleh ritel,” imbuhnya.

Sementara itu Odik, 48, pedagang sayuran di pasar Dayeuhkolot mengungkapkan, dengan kehadiran salah satu wakil rakyat yakni H. Cucun, bisa mendengarkan keluhan para pedagang dan mengetahui situasi pasar.

“Kami telah menyampaikan keluhan kepada beliau, seperti maraknya pasar kaget atau pasar liar yang mengakibatkan para pedagang pasar yang sudah ada sejak lama merasa dirugikan, mudah-mudahan pak haji Cucun bisa menyampaikan aspirasi rakyat ke pusat pemerintahan,” ungkapnya.

Saat ditanyai harga sayuran yang melonjak, Odik mengaku saat ini sebagian harga sayuran mulai naik, seperti cabe merah yang biasanya Rp 20 ribu per kilogram, saat ini menjadi Rp 38 ribu perkilogram dan harga kentang yang biasanya Rp 9 ribu saat ini menjadi Rp 15 ribu perkilonya, serta banyak lagi harga sayuran yang mengalami kenaikan.

“Meskipun harga naik tapi sayuran ini masih laku, namun biasanya pembeli membeli banyak dengan kenaikan ini mereka beli sedikit, dengan harga sayur naik seperti ini kami tidak mendapatkan untung yang lebih, malah modal yang terus meningkat tapi untungnya sedikit,” pungkasnya. (yul/ign)

Tinggalkan Balasan