jabarekspres.com, SOREANG – Pada bulan November 2017 seluruh anak kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar menjadi sasaran Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Menurut Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI, sasaran BIAS di Kabupaten Bandung berjumlah 141.592 anak.
Sedangkan menurut data riil pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung menunjukkan jumlah 135.550 anak, ada selisih data sejumlah 6.042 anak dalam arti Dinkes masih perlu mengadakan penelusuran.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Dr. Riantini dalam acara Rapat Koordinasi Persiapan BIAS di Gedung Dewi Sartika Soreang.
“Pada 2017 dan 2018 program BIAS hanya diberikan pada anak kelas 1 dan 2 SD, sedangkan pada 2019 juga akan diberikan pada anak kelas 5 SD, program ini akan memberikan vaksin Dt (Difteri) dan Td (Tetanus) dengan target cakupan 95 persen,” kata Riantini saat dikonfirmasi, Kamis (2/11).
Menurutnya, target cakupan seluruh program imunisasi, harus 95 persen. Sebab, dengan angka itu akan memberikan kekebalan kelompok.
“Jadi ketika misalnya anak yang tidak mendapat imunisasi sejumlah 5 persen terjangkit virus maka tidak akan menular kepada kelompok yang 95 persen. Akan tetapi jika capaian target suatu program imunisasi kurang dari 95 persen maka kita harus bersiap-siap menghadapi Kejadian Luar Biasa (KLB),” ungkapnya.
Dia juga menjelaskan, Virus Campak-Rubella, Difteri dan Tetanus bisa dicegah dengan imunisasi. Untuk virus difteri sendiri, di Kabupaten Bandung masih ada kasus pada orang dewasa.
“Inilah pentingnya pemberian imunisasi pada anak, agar memiliki kekebalan terhadap penyakit saat menginjak dewasa, jika pada masa kanak-kanak pemberian imunisasinya tidak lengkap maka kelak pada usia dewasa tidak akan memiliki kekebalan pada salah satu penyakit tersebut,” jelasnya.
Kampanye Measless-Rubella (MR) di Kabupaten Bandung pada Agustus tahun ini bisa dikatakan berhasil dengan capaian 95,5%. Menurutnya ini berkat peran serta seluruh pihak khususnya dari sasaran anak sekolah yang cukup banyak karena pemberian vaksin ini sampai usia 15 tahun.
“Antusiasme pada Kampanye MR kemarin itu cukup tinggi, meski begitu masih ada satu dua sekolah yang masih menolak karena meragukan ke-halal-an vaksin, untuk itu perlu adanya sosialisasi dan pemahaman lebih lanjut baik dari Dinkes, pihak sekolah maupun tokoh masyarakat dan tokoh agama,” terangnya.