Kantor KUA Ajung sejatinya tak jauh dari rumah keluarga Saiful. Tapi, Buama dan seluruh keluarga mengaku sama sekali tak mengetahui pernikahan itu
Yang pasti, pernikahan tersebut kemudian dipestakan secara meriah di rumah keluarga Fadholi. Iwan Nasir, sepupu Fadholi, mengingat, resepsi itu sampai mengundang acara tota’an merpati (melepas merpati dalam jumlah banyak).
Bukan hanya itu. Tamunya pun ramai. Sebab, orang tua Fadholi menyebar undangan rokok yang disebutnya tonjokan. ”Itu sebuah tanda bahwa keluarga pengantin serius mengundang tamu supaya datang ke pesta pernikahan,” katanya.
Sebelum pesta yang dihelat pada September lalu itu, sebenarnya kecurigaan terhadap identitas Ayu sudah mulai muncul. Dalam surat yang berkop Kementerian Agama Republik Indonesia, KUA Ajung meminta keduanya memberikan klarifikasi tentang laporan sebuah LSM (lembaga swadaya masyarakat) yang menuding keduanya sesama jenis.
Tapi, Fadholi maupun Ayu tak memenuhi undangan dari KUA. Kebahagiaan mereka pun seperti tak terusik. Untuk kebutuhan biologis, Ayu alias Saiful mengaku mereka melakukannya secara oral atau –maaf– lewat belakang.
Sampai kemudian, polisi dan aparat desa mendatangi keduanya pada Senin lalu. Itu pun Ayu masih bersikeras bahwa dirinya perempuan. Bahkan sampai menantang sumpah pocong.
Akhirnya Ayu diminta membuktikan jenis kelaminnya di kamar mandi, di hadapan seorang saksi perempuan. Dari sana terkuaklah bahwa Ayu itu Saiful. Alias laki-laki tulen.
Namun, Ayu lagi-lagi berusaha mengelak. Dia mengaku bahwa alat kelaminnya baru muncul malam sebelumnya. Tapi, pengakuan tersebut dibantah Sinto, sang saksi. ”(Alat kelaminnya) sudah seukuran orang dewasa,” kata Sinto.
Kini kisah cinta yang berawal bahagia itu harus berakhir pahit. Keduanya ditetapkan sebagai tersangka kasus pemalsuan surat dokumen negara. Pelanggaran pasal 263 KUHP tersebut mengakibatkan Saiful dan Fadholi terancam hukuman maksimal enam tahun penjara.
Kendati kedoknya terbongkar, jejak kebaikan Saiful alias Ayu di Glagahwero tak akan terhapus. Di balik kerudungnya, rambutnya boleh sama cepak dengan ”sang suami”. Tapi, para tetangga tetap mengenang dia sebagai sosok penolong dan pandai memasak. (*/ras/hdi/c10/ttg/rie)