Di Balik Kisah Pernikahan Terlarang Sesama Pria di Jember

Tapi, ternyata nomor yang diberikan teman itu dikontak pemuda yang tak punya pekerjaan tetap tersebut. Merasa ada kecocokan, mereka berdua pun memutuskan jumpa darat.

Fadholi tentu tampil apa adanya. Saiful? Dia berkerudung, berdandan cantik, dan menjadi Ayu yang feminin. ”Pertama ketemuan di Mangli. Kampus IAIN Jember,” ujar Saiful.

Fadholi rupanya benar-benar kepincut dengan Ayu pada pertemuan pertama itu. Sudah cantik, berkerudung, suaranya feminin pula (meski kalau lepas kontrol suara aslinya muncul juga).

Selama masa pacaran itu, Saiful tak pernah membawa Fadholi ke rumah orang tuanya di Pancakarya, Ajung. Setiap ketemuan, mereka memilih jumpa di Lapangan Mangli.

Sebaliknya, begitu merasa benar-benar cocok, bahkan setelah Ayu mengaku sebagai waria, Fadholi langsung membawa sang pacar ke rumah orang tuanya di Glagahwero.

Dua orang tua Fadholi ternyata juga menyambut hangat Ayu. Sebab, selain Ayu sopan, mereka memang benar-benar tidak tahu bahwa dia itu Saiful.

Dan karena mengaku sudah menikah siri, keduanya pun diizinkan tinggal serumah. ”Kami merasa iba karena Ayu mengaku sudah tidak memiliki orang tua. Terlebih, tinggalnya mbambung di emperan toko yang ada di Pasar Tanjung,” kata Supan, kakek Fadholi.

Padahal, keluarga besar Ayu alias Saiful masih ada di Pancakarya. Buama, sang ibu, mengaku, sejak 1,5 tahun lalu anaknya itu minggat dari rumah. Hanya sesekali berkomunikasi lewat telepon. ”Dia mengaku bekerja di toko boneka di Kecamatan Balung,” katanya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Buama menolak kalau anaknya disebut waria. ”Bisa digeledah lemarinya. Tak ada satu pun baju perempuan,” katanya.

Memang sebelum minggat, dia sempat ditegur orang tua karena kepergok mesra-mesraan di telepon. ”Saat telepon-teleponan, dia bersuara seperti perempuan. Langsung dimarahi sama bapaknya,” ujar Buama.

Namun, di luar kejadian itu, lanjut Buama, Saiful tak pernah menunjukkan gelagat kalau dia waria. Nama Ayu Puji Astutik itu pun, menurut Ahmad Holis Setiawan, sang kakak ipar, dipinjam dari seorang saudara yang sekarang bekerja di Banyuwangi.

Kartu keluarga Ayu itu pula yang dibawa Saiful ke KUA untuk melengkapi syarat menikah. Karena mengaku tak punya keluarga, dia diwakili wali nikah yang belakangan diakuinya adalah orang bayaran.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan