Pom Bensin Dijaga dengan M-16

”Suatu kali saya pernah menanyakan kepada seorang saksi mata siapa yang sebenarnya membunuh orang-orang ini. Nah, si saksi itu mengatakan polisi. Saya tanya lagi, indikasinya dari mana? Jawabnya adalah dari baju bertulisan polisi yang dipakai orang itu,” kisah Ilagan. ”Saya tertawa mendengar jawaban tersebut. Ayolah, semua orang bisa saja mencetak kaus bertulisan polisi,” imbuhnya.

Ilagan memprediksi Duterte membiarkan gembong-gembong narkoba berperang dan saling bunuh sendiri. Semakin sedikit penjahatnya, pemerintah dan polisi akan lebih mudah mengontrol kejahatan. ”Buktinya, kasus kriminal menurun drastis,” ucapnya.

Manila yang semakin aman itu juga dirasakan Rosyidan, pendiri majalah Mainbasket. Pria asal Mataram tersebut pernah pergi ke Filipina pada 2013. Waktu itu suasana memang terlihat cukup genting. Bahkan, sebuah pom bensin kecil saja sampai harus dijaga petugas yang mencangklong senjata laras panjang M-16. Dan ketika kembali datang ke Manila tahun ini, pemandangan tersebut tidak ada lagi.

”Seorang pemain basket Filipina pernah bercerita kepada saya bahwa perdagangan narkoba di Filipina itu seperti jualan permen saja. Bebas sekali,” kata Idan, panggilannya.

Namun, tidak semua setuju dengan aksi Duterte. Sebab, banyak orang yang sekarang cemas. Mereka tidak hanya takut kepada penjahat, tetapi juga kepada polisi. Sebab, penembakan dan pembunuhan semakin sering terjadi dan makin liar.

”Duterte? Ya 50:50 lah. Ada sisi baiknya. Ada buruknya. Sekarang kami juga sangat ngeri dengan polisi. Mereka bisa membunuh leluasa dengan alasan bahwa kami adalah penjahat,” ucap seorang wartawan situs berita ternama Filipina kepada saya. Dia menolak identitas dan nama medianya saya tulis. (*)

Tinggalkan Balasan