Rumah tanpa Listrik Berdinding Kayu

Sejak dijadikan lokasi syuting film Turah, Kampung Tirang kian kondang dan ramai dikunjungi wisatawan. Bertahun-tahun kampung di pesisir utara Kota Tegal itu terisolasi dari keramaian dan terbelenggu kemiskinan.

DIAR CANDRA, Tegal

”MAS, pan nyebrang mana (Mas, mau menyeberang ke sana)?” tanya bocah berusia belasan tahun di tempat penyeberangan pinggiran Sungai Sibelis Senin sore (25/9) pekan lalu. Saya pun mengangguk, lalu bersama Khoerul Anam Syahmadani dari Radar Tegal (Jabar Ekspres Group) naik ke getek. Perahu kecil itu sehari-hari digunakan warga Kampung Tirang untuk berpindah tempat. Dari ”tanah timbul” tempat mereka tinggal ke Kampung Jongor yang ada di seberangnya.

Ada beberapa akses menuju kampung yang mulai ramai ditinggali awal 2000-an tersebut. Bisa melalui Pantai Muarareja, Pantai Tegalsari, atau galangan kapal Mina Karya Tegalsari. Waktu itu kami memilih jalur terakhir menuju Kampung Tirang.

Setelah berjalan sekitar 20 menit di antara galangan kapal, perkampungan nelayan, juga pabrik pengolahan ikan, sampailah kami di jembatan penyeberangan. Jalur yang dilalui sempit, hanya cukup untuk satu orang, dan berlumpur. Baunya amis luar biasa. Tumpukan cangkang kulit lobster dan kepiting berserakan di kiri-kanan jalan setapak itu.

Bocah yang menyeberangkan kami bernama Muhammad Bagus Fahmi. Siswa kelas VIII SMP Khoiriyah tersebut tinggal bersama ayah dan ibunya di Kampung Tirang. Dul Wahid-Toipah, kedua orang tua Bagus, termasuk warga awal kampung delta itu. Rumah Dul Wahid itulah yang dijadikan setting Fourcolours Films sebagai rumah tokoh utama Turah.

Kiye jendelane, Mas. Siki akeh sing pengen poto-poto neng kene gara-gara film Turah kui (Ini jendelanya, Mas. Sekarang banyak yang ingin foto-foto di sini gara-gara film Turah itu),” kata Bagus bangga.

Rumah berukuran 14 x 5 meter tersebut masih beralas tanah. Dindingnya terbuat dari kayu-kayu bekas kapal milik Dul Wahid yang sudah dipensiunkan. Saat malam embus dingin udara laut masih bisa terasa masuk rumah.

Rumah Dul Wahid termasuk paling utara di Kampung Tirang. Selain kediaman Dul Wahid, ada sebelas rumah lain di Kampung Tirang. Kondisi semuanya sama, berdinding kayu serta beralas tanah. Kemiskinan dan kepasrahan berkelindan di Kampung Tirang itu. Hanya tiga rumah yang punya listrik. Mereka yang belum punya listrik nyalur dari kampung seberangnya, Jongor. Per bulan mereka dikenai biaya Rp 200 ribu.

Tinggalkan Balasan