jabarekspres.com, NGAMPRAH – Ribuan petani di Kabupaten Bandung Barat mengalami gagal panen hampir mencapai 90 % total petani. Hal ini diakibatkan faktor cuaca yang tidak menentu, sehingga mereka mengalami kerugian mencapai ratusan juta. Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Petani Kopi Kabupaten Bandung Barat Kurnia di Lembang, Senin (4/9).
“Memang faktor cuaca yang membuat gagal panen. Petani hanya memanen 10 persen saja di tahun ini. Akibatnya kerugian ditanggung petani mencapai ratusan juta,” ujarnya. Kurnia menyebutkan, di kebun kopi miliknya seluas 10 hektare, dia hanya memanen 1,5 ton biji kopi dalam bentuk ceri. Padahal dalam kondisi normal, dia bisa memanen hingga 27 ton seperti tahun lalu.Harga 1 kg kopi dalam bentuk greenbean saat ini hanya Rp 65.000. Kopi itu dia jual ke berbagai daerah bahkan luar negeri melalui eksportir.
Kurnia cukup beruntung lantaran dia masih punya akses untuk menjual produk kopinya ke pasar-pasar domestik dalam bentuk bubuk kopi. Per satu kilogramnya, dia menjual seharga Rp 250.000. Namun, petani kopi yang tak punya akses tersebut hanya bisa gigit jari. Tak ada yang bisa mereka petik dari kopi yang ditanam sejak awal musim.
“Kalau melihat jadwal panen itu dari Mei-September. Tapi, justru karena ada hujan atau cuaca tidak menentu membuat gagal panen. Seharusnya ada kemarau satu bulan sehingga bisa panen,” katanya.
Meski demikian, lanjut dia, harga kopi saat ini cenderung stagnan. Hal itu disebabkan harga kopi mengikuti harga internasional. Harga 1 kg kopi berbentuk ceri berkisar Rp 8.000-Rp 10.000.
“Di Jawa Barat memang gagal panen. Tapi, di negara lain sepertiBrazil, produksinya cukup bagus. Jadi, harga kopi tidak melonjak,” kata Kurnia, Lebih jauhdia menjelaskan, saat ini ribuan petani kopi di bawah asosiasinya gagal panen menyebabkan sebagian besar petani kopiberalih menanam hortikultura.“Memang sebelumnya sudah diprediksi karena cuaca yang terjadi seperti saat ini. Makanya mereka beralih ke hortikultura,” pungkasnya. (drx/bun)