Keluhan Jamaah, Lift Mati sampai Katering Basi

Mengetahui ada katering basi, Kemenag langsung meminta ganti makanan yang baru kepada perusahaan. Akhirnya baru bisa dipenuhi pada pukul 12 malam. Kemenag sudah melayangkan teguran dan nota protes kepada perusahaan itu sesuai dengan kontrak kerja.

Terkait dengan adanya fasilitas lift yang rusak, juga sudah terpantau oleh petugas haji Kemenag. Kemudian tim Kemenag telah melayangkan surat supaya pengelola hotel atau pemondokan segera memperbaiki lift yang rusak itu. Diantara kasus lift rusak terjadi di peondokan Karam Saad.

Terakhir soal pecah kloter atau tercecer, dia mengatakan tidak mungkin terhindari sejak dahulu. Penyebabnya adalah sistem sewa pemondokan di Madinah berbeda dengan di Makkah. Di Makkah sistem sewa menggunakan model sewa per unit/gadung. Sementara di Madinah sistem sewa sesuai kedatangan jamaah dan ketersediaan kamar. Alasannya masa tinggal di Madinah relatif lebih singkat.

Sri Ilmah mengatakan ketentuannya hotel di Madinah adalah berada di radius 600 atau lebih dari Masjid Nabawi. Pada kenyataannya saat ini ada hotel di Madinah yang berada di radius 1.150 meter dari Masjid Nabawi. ’’Intinya di manapun jamaah tinggal, panitia haji di Madinah selalu memberikan pelayanan,’’ tandasnya.

Laporan pelayanan yang buruk di Madinah juga sempat heboh dari postingan media sosial. Slamet, jamaah haji asal Jember yang menderita stroke dan sempat dikabarkan terlantar di Masjid Nabawi, Madinah. Setelah itu dia juga tidak bisa maksimal menjalani ibadah arbain di Masjid Nabawi karena kondisi fisiknya lemah. Sehingga lebih banyak berada di pemondokan.

Kabar ada jamaah yang terlantar di Masjid Nabawi itu langsung diklarifikasi oleh Kemenag. Setelah ditelusuri ternyata jamaah berusia 77 tahun itu sempat digendong saat akan menjalankan ibadah di Masjid Nabawi. Tetapi untuk hari berikutnya Slamet memutuskan sendiri lebih baik berada di kamar karena fisiknya lemah. (wan/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan