Rajes yang sudah dua bulan bekerja di sana mengatakan, sambutan masyarakat begitu baik. Mereka memuji rasa kopi Jeera. Sekaligus memuji konsep Jeera yang memberikan kesempatan kedua bagi para warga binaan untuk mengembangkan skill.
”Beberapa kafe di luar juga sudah siap menampung para barista ini setelah masa tahanan mereka berakhir,” tambah Asep.
Mendapat sambutan yang begitu baik membuat Rommy senang bukan main. Artinya, konsep Jeera sudah bisa masuk ke masyarakat. ”Awalnya kami memilih kopi adalah karena kopi sudah jadi lifestyle di masyarakat kita,” ungkap pria yang berprofesi DJ (disc jockey) itu.
Di luar lini bisnis kopi, Jeera juga konsisten mengembangkan kerajinan kulit untuk fashion. Rommy membeberkan, Jeera sudah bekerja sama dengan sekolah desain di Amerika Serikat. Mereka tertarik dengan produk tas Jeera yang berkualitas dan dikerjakan para warga binaan.
Dari Jeera di Cipinang, Toha juga tahu apa yang akan dilakukannya setelah bebas. Membuat kedai kopi yang enak dan murah. Sebab, dia ingin sekali menepis anggapan bahwa kopi enak itu pasti mahal.
Di kafenya kelak Toha ingin menjual kopi berkualitas dengan harga merakyat. ”Ingin bikin di kawasan Gading Serpong. Tidak jauh dari tempat tinggal saya,” kata Toha.
Begitu pula Rajes. Di akan memanfaatkan betul kesempatan bekerja di Jeera di Kantor Imigrasi Jakarta Barat untuk menambah ilmu sebagai barista. ”Nantinya ingin juga bantu teman yang punya kedai kopi,” ucap pemuda 23 tahun asal Bengkulu itu. (*/c9/ttg/rie)