Selain terkait kesehatan, pihaknya pun akan memrogramkan ekonomi kerakyatan lebih maju, dengan cara pemerintah provinsi membagi saham ke desa, dan desa beli saham bank jabar dengan diberi uangnya oleh provinsi. Dia menyontohkan dengan Rp 5 miliar per 10 tahun. Setelah itu, Bank Jabar membuat bank keliling di desa untuk mencairkan uang rakyat, dengan cara keliling ke wilayah-wilayah pelosok dan para petani. Supaya renternir hilang dari Jawa Barat ini.
”Kalau bank Jabar, rakyat akan mendapatkan bunga serendah mungkin, tapi kalau rakyat meminjam uang ke renternir, maka rakyat kita akan susah,” ucapnya.
Program yang ketiga tutur Dedi, konsep nya SD, SMP dan SMA bersatu jadi satu sistem, sehingga di pedesaan anak-anak yang sekolah masih di wilayahnya masing-masing. Jadi pulang sekolah membawa arit dengan cara full day school seperti sawah, kebun dan peternakan dijadikan laboratoriumnya. Sehingga sekolah menghasilkan uang, apabila siswa tersebut berhasil bercocok tanam atau beternak maka guru wajib memberikan nilai biologinya tertinggi.
”Anggara provinsi senilai Rp 33,3 triliun, saya sudah menghitungnya, dari pendidikan gratis, kesehatan gratis dan rutilahu hanya membutuhkan dana Rp 5 trilun. Itu pun kalau tidak sharing dengan kabupaten, apabila sharing dengan kabupaten maka dana hanya membutuhkan Rp 2,5 triliun saja,” pungkasnya. (yul/ign)