Dadang Hernawan, Pebisnis Kaki Palsu yang Mendunia

Melalui kerjasama tersebut,  kata dia, dirinya mampu hadir di kegiatan penyerahan bantuan kaki palsu sambung di kantor izi cabang Lampung di Jalan za Pagar Alam Nomor 4 Rajabasa Bandar Lampung. Pada acara tersebut dia juga berkesempatan untuk berinteraktif kepada sembilan penerima bantuan sekaligus edukasi mengenai teknik penggunaan kaki palsu sambung.

Pada kesempatan itu,  Dadan tidak hanya memberikan secara langsung kaki palsu sambung yang telah dibuatnya kepada penerima santunan. Namun dirinya juga mengajarkan bagaimana teknik jalan menggunakan alat bantu tersebut.

Jauh dari upaya tersebut, Dadan bercerita,  gagasan untuk membuat usaha tersebut berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Di 1997, dia mengalami kecelakan yang mengharuskan kaki kanannya untuk diamputasi dari lutut ke batas pinggul.

”Saya sedang menunggu angkot setelah pulang kerja. Tiba-tiba di pinggir jalan, saya diserempet mini bus dengan kecepatan tinggi,” tuturnya.

Mimpi buruk itu memang terus diingatnya. Sebab, ketika mobil itu menghantam tembok pembatas dengan ketinggian tiga meter, saat itu pula dia harus menjadi difabel. ”Tembok itu meimpa kaki saya. Remuk, harus diamputasi,” jelasnya.

Dari kecelakaan itu,  Dadan mengalami pembusukan pada kakinya. Dokter tidak bisa berbuat banyak selain menyarankan untuk amputasi.

”Delapan hari setelah kecelakaan, saya harus ikhlas merelakan kaki untuk menghindari pembusukan yang menyebar hingga ke jantung,” urainya sambil memegang kaki kanannya.

 

Rupanya, mimpi buruk juga tidak berhenti sampai di situ. Pasca kecelakaan, Dadan sempat menjadi pengangguran karena tidak bisa bekerja. ”Saya survive dari uang sisa phk,” ucapnya.

Pedihnya upaya untuk bertahan hidup itu pun dilewati dengan berbagai cara. Dari mulai jadi pemulung hingga jadi kuli panggul dia lakukan. Yang terpenting, dia bisa membawa uang untuk istri dan satu orang putrinya. ”Yang terpenting, halal,” tandasnya.

Dari keadaan itu, Dadan sadar betul bahwa disabilitas sangat sulit untuk memperoleh kesempatan kerja. Bahkan, banyak di antaranya kemudian menjadi beban untuk keluarga mereka.

Pemikiran itu terus menghantui Dadan. Dia pun bertekad membantu dan berbagi ilmu kepada sesama penyandang cacat melalui karya yang dimilikinya itu.

Tinggalkan Balasan