jabarekspres.com, CIMAHI – Untuk mengatasi masalah sampah di perkotaan, perlu cara yang efektif untuk mengatasinya.Apalagi, kapasitas Tempat pembuangan Akhir sampah memiliki keterbatasan.
Salah satu trobosan Inovatif adalah dengan mengembangakan tempat pembakaran sampah dalam skala kecil yang cocok untuk lingkungan tingkat RT/RW.
Menanggapi hal ini Anggota komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Agung Budi Santoso (ABS) mengatakan, pembuatan tungku pembangkaran sampah yang ramah lingkungan ini perlu dikembangkan agar permasalahan sampah di perkotaan bisa diatasi.
Dirinya menilai, melihat dari kapasitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) yang sangat terbatas, keberadaan tungku pembakaran ini dinilai sangat efesien dan inovatif. Terlebih tungku yang diberi nama “Salikun “ tersebut mamapu membakar sampah dengan kapasitas ratusan kilo.
“Mudah-mudahan ini bisa membantu masyarakat di wilayah Kota Cimahi yang kerap mengalami masalah pembuangan sampah,” kjelas Agung ketika ditemui disaat memberikan sumbangan Tungku Salikun ke RW 16 Kecamatan Cimahi Tengah.
Dijelaskannya, ‘tungku salikun’ merupakan sebuah tungku berbentuk bangunan persegi, yang didalamnya diberi ruang untuk membuang sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga, dengan kapasitas sampah yang bisa dibakar seberat 400 kg.
Selain itu, cara kerjanya, terdapat sebuah sumber api di dalam tungku tersebut, yang memanfaatkan sampah sebagai bahan bakarnya.
“Nama salikun sendiri berasal.dari nama penemunya, yaitu Pak Salikun,” ucap dia
Sedangkan perbedaan dengan pembakaran biasa, pembakaran yang dilakukan ditungku salikun ini, api akan tetap menyala selama sampah yang dibuang masih ada didalam tungku.
Dia menyebutkan, dalam pembangunan satu tungku diperlukan biaya kurang lebih sebesar Rp 20 juta, dan dikerjakan oleh orang yang ahli atau orang dari pemilik hak paten tungku tersebut.
Menurutnya, tungku salikun di RW 16 tersebut merupakan yang pertama di Jawa Barat, dan diharapkan bisa menjadi contoh untuk diterapkan di beberapa wilayah Kota Cimahi, Bandung, dan sekitarnya.
“Ini yang pertama di Kota Cimahi bahkan Jawa Barat. Kalau disini berhasil dan bisa dimanfaatkan untuk jangka panjang, mudah-mudahan bisa diterapkan di kota besar lainnya,” ungkap Agung.