Bisa Jadi Janda Sekaligus Duda    

Wartawan kami di Bangka Belitung bisa melihat kebalikannya. Kuburan itu baik-baik saja. Tidak ada gangguan sedikit pun. Sorenya saya suruh balik lagi ke kuburan itu. Lihat yang benar mengapa kaca itu retak.

Retakan itu ternyata sudah sangat lama. Menurut penjaga makam karena terik matahari. Kaca foto di makam lain juga ada yang seperti itu.

Adik Ahok sendiri, Basuri, akhirnya menjelaskan kepada wartawan kami. ”Saya ini ke NTT urusan pekerjaan,” katanya kemarin sore. ”Dan berita kuburan itu hoax,” tambahnya.

Pilkada Jakarta memang meninggalkan luka yang dalam. Yang minoritas merasa terluka. Tapi, yang mayoritas juga merasa terluka. Pemilu di AS juga meninggalkan luka yang dalam. Untuk kalangan minoritasnya.

Hanya, di AS, hukum bisa tegak. Minoritas bisa berlindung di balik hukum. Itulah yang masih sulit di Indonesia. Yang mayoritas pun tidak bisa mengandalkan hukum. Minoritas di AS masih lebih beruntung. Punya backing hukum yang kuat.

Di sini demokrasi masih pincang. Hukum belum bisa diandalkan. Dalam kepincangan seperti ini, alangkah indahnya yang mayoritas menjadi lebih pemaaf. Yang minoritas juga menjadi lebih mampu membaca situasi.

Kalah-menang sebenarnya biasa dalam demokrasi. Sepanjang hukum bisa tegak. Sayang, hukum masih jadi alat politik. Padahal, demokrasi tanpa tegaknya hukum ibarat suami istri tanpa rumah tangga bahagia. Demokrasi bisa menjadi duda. Atau janda. Kalau penegakan hukum berselingkuh setiap harinya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan