Stop The Furious, Please

Ambisi membuat film ke-9 dan 10, serta spinoff, harus didukung konsep yang sangat matang. Jangan sampai ceritanya mengada-ada atau memaksa. Fans tentu ogah. Tanda-tanda saga itu semakin tak diminati, terutama di Amerika Utara, terlihat sejak FF8 dirilis. Trennya, pendapatan akhir pekan perdana selalu naik (kecuali di film ketiga Tokyo Drift pada 2006).

Namun, hal itu tidak muncul tahun ini. Catatan USD 100,2 juta (Rp 1,314 triliun) pada pekan ketiga April lalu jauh dari pembukaan Furious 7 yang mencapai USD 147,2 juta (Rp 1,93 triliun). Editor senior Variety Brent Lang menjelaskan, tanggapan fans juga terbilang turun di film kedelapan.

’’Review-nya cenderung tidak seramai Furious 7. Kalau filmnya berhasil, rumah produksi tentu wajib berterima kasih pada pasar mancanegara,’’ paparnya. Selain itu, dia memprediksi gaung film tersebut tidak mungkin seawet pendahulunya. ’’Sudah tidak mungkin lagi ada yang menyaingi hitnya See You Again (soundtrack Furious 7),’’ imbuh Lang.

Penulis naskah sekaligus produser franchise Fast and Furious Chris Morgan menjelaskan, dirinya memang mengalami masa sulit pasca kepergian Walker. ’’Kami sempat mogok. Tapi, akhirnya kami memilih lanjut dan menulis akhir yang baru,’’ paparnya sebagaimana dikutip Entertainment Weekly. Dia pun menyatakan belum tahu terkait dengan ide cerita film-film selanjutnya –yang menurut Diesel bakal berlangsung sampai film kesepuluh.

’’Aku belum bisa bicara tentang hal itu. Tapi, Vin dan aku sudah ngobrol banyak tentang inti cerita dan ’area’ mana yang bakal kami garap,’’ ucapnya. Namun, Morgan menyatakan, dirinya sudah punya gambaran jelas tentang scene terakhir franchise tersebut. ’’Kami bakal menuju ke sana (akhir, Red) dan itu pasti,’’ tegasnya. (EW/Variety/Hollywood Reporter/fam/fik)

 

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan