Adang Muhidin, Pengusaha Konstruksi Jadi Pebisnis Alat Musik Bambu

Masalah tersebut bahkan sampai merembet dalam kehidupan rumah tangganya. Adang mengaku hampir berpisah dari istri dan dua anaknya lantaran tidak bisa mengurusi mereka. ’’Bahkan, saya berencana mau kembali ke Jerman untuk bekerja di sana. Lima tahun saya pikir cukuplah untuk melunasi utang yang menggunung,’’ kata Adang.

Alumnus jurusan Teknik Metalurgi Universitas Jenderal Ahmad Yani, Bandung, pada 1999 itu memang pernah mengenyam pendidikan di Jerman. Dia kuliah magister jurusan teknik perlindungan korosi di Fachhochschule Südwestfalen, Iserlohn, Jerman. Kehidupan yang tidak mudah di Jerman sebenarnya menempanya menjadi orang yang tidak gampang putus asa.

’’Saya pernah menggelandang di Jerman. Bekerja sebagai pencuci piring. Puasa Senin-Kamis untuk ngirit,’’ ungkap Adang yang juga pernah menjadi penjual roti bakar untuk biaya kuliah di Jerman.

Kuliah di Jerman dengan biaya sendiri itu akhirnya dia rampungkan pada 2005. Adang lantas kembali ke Bandung dan mendirikan tiga perusahaan sekaligus. Rupanya, usaha itulah yang membuat roda kehidupannya terjun bebas. ’’Saya sampai pernah tiga minggu tidak pulang. Pokoknya, berantakan sekali,’’ kenangnya.

Namun, roda kehidupan, rupanya, kembali berputar dengan lebih stabil. Berbekal uang Rp 100 ribu, Adang merintis usaha baru membuat alat musik dari bambu. Produksi pertamanya adalah biola ’’aneh’’ yang kemudian terjual Rp 1,5 juta.

Dari situ, dia lantas mengembangkan kreasinya dengan membuat gitar elektrik berbahan bambu. Produk yang satu ini ternyata relatif lebih mudah karena suara yang dihasilkan lebih mengandalkan sistem elektrik.

’’Boleh percaya atau tidak, sampai saat ini saya sendiri tidak bisa bermain musik,’’ katanya, lantas terkekeh.

Kini usaha alat musik bambu Adang berkembang pesat. Dalam sebulan, omzetnya bisa mencapai Rp 200 juta. Adang sudah punya banyak rencana untuk pengembangan unit usaha lain di bawah bendera brand VirageAwie yang berarti hanya bambu. ’’Kunci utamanya ada pada laminasi,’’ jelasnya.

Dari bahan bilah bambu laminasi itu, kata Adang, bisa dibuat aneka macam perabot dan pernak-pernik aksesori. Mulai lantai kayu, hiasan dinding, casing ponsel, hingga frame kacamata. Di ruang workshop itu sudah ada contoh pengeras suara dari bambu untuk ponsel.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan