Kecewa Investasi Raja Salman

Jabarekspres.com, CIREBON – Pemerintah Indonesia berencana melobi Kerajaan Saudi untuk berinvestasi lebih besar di Indonesia. Sebab, kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud selama tiga hari plus liburan 12 hari hanya menghasilkan investasi Rp 89 triliun. Meski tidak kecil, namun tak urung nilai investasi itu memantik kekecewaan Presiden Joko Widodo.

Kekecewaan itu dijadikan candaan saat mengunjungi Pondok Buntet Pesantren di Cirebon, Kamis (13/4). Menurut dia, angka Rp 89 triliun itu sebenarnya sangat besar. Dia mengungkapkan kekagetannya bahwa Raja Salman berinvestasi besar di Indonesia.

”Tapi saya lebih kaget saat beliau ke Tiongkok. Beliau tanda tangan kurang lebih Rp 870 triliun,” terangnya di hadapan warga dan para santri. Nilai tersebut nyaris 10 kali lipat investasi di Indonesia.

Kenyataan itulah yang membuat dia kecewa walaupun nilai investasi di Indonesia dinilainya sudah besar. ”Padahal sudah saya payungi waktu hujan, saya setiri sendiri, tapi dapatnya lebih kecil. Itu yang saya sedikit kecewa,” sindirnya dengan nada bercanda, sehingga memantik tawa warga dan para santri.

Karena itu, Presiden berjanji untuk menindaklanjuti investasi tersebut. Dia berencana menelepon Raja Salman dan Pangeran Mohammed, putra Raja Salman yang memegang investasi. ”Moga-moga Indonesia mendapatkan yang lebih dari yang diberikan kepada Tiongkok,” tambahnya.

Sementara itu, tindak lanjut yang lebih serius sudah mulai dari sektor pendidikan. Kamis (13/4), Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu dengan Rektor Universitas Islam Imam Mohammed Bin Saud H.E. DR. Sulaiman Bin Abdullah Aba Al-Khail. Pertemuan itu untuk membahas implementasi pasca kunjungan Raja Salman.

”Meningkatkan pendidikan bahasa Arab dan ilmu Islam yang lainnya justru di universitas-universitas umum. Kemarin kayak di Unhas dan di beberapa universitas lagi,” ujar JK. Dia menuturkan bakal ada pembentukan lembaga-lembaga yang mengajarkan pendidikan bahasa Arab. Namun, lembaga tersebut tetap akan berbadan hukum Indonesia. ”Cuma mereka bantu gitu,” imbuh dia. Lebih lanjut, kerja sama itu juga berakitan dengan pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia. Rencananya aka nada saling tukar menukar guru besar dari Indonesia dan Arab Saudi. Tapi, tidak akan berkaitan dengan kurikulum yang dikembangkan di UIII. ”Kita punya kurikulum sendiri yang Islam moderat,” tegas pejabat yang juga ketua umum Dewan Masjid Indonesia itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan