FILM biopik Kartini dirilis 19 April mendatang. Aktris Dian Sastrowardoyo terpilih memerankan karakter pejuang emansipasi perempuan itu. Pemeran adik-adiknya adalah Ayushita (Kardinah) dan Acha Septriasa (Roekmini).
Kemarin (5/4) saat konferensi pers di Plaza Indonesia, ketiganya kompak mengenakan kebaya. ’’Sampai sekarang kami terbawa aura-aura khas perempuan Jawa tempo dulu,’’ kata Dian.
Dalam film arahan Hanung Bramantyo itu, Kartini dan dua adiknya memang diceritakan sebagai bangsawan Jepara (Jawa Tengah) dan bersikap layaknya perempuan terpandang. Berbicara dengan bahasa Jawa halus, mengenakan kain, menyanggul rambut, dan berjalan sambil jongkok merupakan kewajiban.
’’Pokoknya, selama proses reading, kami juga belajar tentang adat dan bahasa Jawa supaya lebih menghayati,’’ ujar Acha.
Ayushita yang memang berdarah Jawa mengaku tidak kesulitan. Dia memang tumbuh besar di lingkungan dengan budaya Jawa. ’’Pas kecil, saya juga terbiasa ngomong bahasa Jawa,’’ ungkapnya. Demikian pula Adinia Wirasti, pemeran kakak Kartini, Sulastri. ’’Saya sehari-hari kalau ngomong ya terbilang medok,’’ ujar Asti, lantas tertawa.
Berbeda halnya dengan Dian dan Acha. Acha merupakan keturunan Minangkabau, sedangkan Dian sejak kecil hidup di ibu kota. ’’Orang tua saya pun besar di Jakarta. Untung dibantu Mas Hanung yang asli Jawa dan paham budayanya,’’ kata Acha.
Demikian pula yang dialami Denny Sumargo, pemeran Slamet, kakak laki-laki Kartini. Denny yang merupakan keturunan Tionghoa-Padang sama sekali clueless bahasa Jawa. ’’Makanya, pas diajak Mas Hanung main, saya agak ragu. Tapi, menurut saya, ini tantangan untuk bisa akting sebagai laki-laki Jawa ningrat,’’ ungkap mantan pemain basket itu.
Dian sebagai pemeran utama tak tinggal diam. Selama proses pendalaman karakter, Dianlah yang mengajak seluruh cast untuk berbicara dengan bahasa Jawa atau berlogat Jawa. ’’Pokoknya harus bisa. Sebab, sebagian besar dialog kami dilakukan dalam bahasa Jawa,’’ tegas Dian.
Tidak hanya sulit berbicara bahasa Jawa, para cast pun cukup sulit melakukan adegan budaya Jawa lain. Misalnya, ketika Dian, Ayu, dan Acha harus berjalan jongkok dengan mengenakan bawahan kain batik. ’’Kami benar-benar latihan khusus untuk itu. Bahkan, ada kain yang sampai robek karena kami salah posisi jalan,’’ ungkap Dian, lalu tertawa.