Cerita lain disampaikan Imam Mulyadi. Meskipun usianya sudah menginjak 70 tahun, warga kelahiran Jogjakarta itu tetap nekat ikut antrean yang begitu panjang. Dia juga penasaran akan wujud pemilihan berbasis e-voting seperti yang digambarkan di baliho-baliho itu.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani tersebut menilai e-voting lebih praktis. Tidak perlu membuka dan melipat surat suara. Pria yang sejak 2000 tinggal di Ciseeng itu sengaja mengantre sejak pagi supaya tidak panas. ’’Tetapi, ya risikonya antre panjang seperti ini. Kalau di atas jam 12 nanti, paling agak longgar,’’ katanya.
Panjang dan sesaknya antrean membuat Ketua Panitia Pilkades Asep Sutisna harus berkali-kali mengingatkan pemilih supaya tertib. ’’TPS A sudah tertib. TPS B dan C belum tertib. Ayo, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu tertib,’’ kata Asep melalui pengeras suara.
Dia juga mengingatkan, sebelum masuk ke bilik suara, pemilih harus mengelap jarinya dengan baju. Sebab, setelah antre panjang, bisa jadi jari mereka basah karena berkeringat. Jika jari berkeringat, layar komputer e-voting sangat rentan mengalami gangguan jika disentuh. ’’Kalau memilih, jangan dicolek ya. Jarinya cukup ditempel saja,’’ katanya berulang-ulang mengingatkan warga.
Asep tidak menyangka partisipasi masyarakat begitu besar. Baik pemilih muda atau pemula maupun yang sudah jompo. Panitia menyiapkan sebuah kursi roda dan dua unit ambulans untuk keadaan darurat.
Pemilihan yang sedianya ditutup pukul 14.00 diperpanjang sampai pukul 15.15. Penghitungan suara pun cukup kilat. Sebab, hasilnya langsung muncul di monitor. Tidak perlu berdebar menunggu teriakan ’’sah’’ saat satu per satu surat suara dibacakan.
Rupanya, petahana H Apendi masih menjadi jawara dalam menarik suara warga. Total, dia meraup 4.175 suara. Disusul Ruslan (1.882 suara) dan Moch. Zein (996 suara). Pendukung Apendi pun bersorak sorai, lantas mengarak jagoan mereka.
Dari total 10 ribuan DPT, tingkat partisipasi mencapai 70 persen. Total warga yang menyalurkan hak suara tercatat 7.078 orang. Sebanyak 25 suara di antaranya kosong alias tidak ada pilihan dan tidak ada satu pun suara yang rusak atau cacat.
Ketua KPU Juri Ardiantoro juga nimbrung dalam pelaksanaan pilkades Babakan yang berbasis e-voting tersebut. Dia menjelaskan, pilkades berbasis teknologi maju itu merupakan hasil kerja sama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pemkab Bogor, serta PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti).