bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat mendorong penyelenggaraan festival budaya bisa menjadi agenda tahunan pemerintah daerah.
Beberapa festival budaya yang rutin digelar setiap tahun oleh komunitas budaya dan warga di Kabupaten Bandung Barat. Di antaranya, perang tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang Lembang, Festival Tangkubanparahu di Cikole Lembang, dan Festival Agrowisata di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat Rakhmat Syafei didampingi Kasi Promosi Pariwisata Ukas Maolana menyatakan, selama ini kegiatan festival yang ada di KBB belum menjadi agenda tahunan. Namun, pemerintah daerah akan mendorong agar kegiatan tersebut menjadi agenda tahunan pemerintah.
Diakuinya, alasan pemkab belum menetapkan beberapa festival tersebut menjadi agenda tahunan, lantaran harus dilakukan berbagai kajian termasuk dilaporkan ke Kementerian Pariwisata.
”Untuk menjadi agenda tahunan pemerintah, syaratnya memang harus dilaporkan ke kementerian. Sehingga pemerintah daerah juga bisa menganggarkan untuk kegiatan tersebut. Saat ini, kami hanya ikut mendorong agar kegiatan tersebut meriah dan ke depan bisa menjadi agenda tahunan,” paparnya.
Rakhmat tak menampik jika beberapa festival tersebut berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat seiring dengan banyaknya pengunjung. Bahkan, juga lebih mempopulerkan pelestarian seni dan budaya di KBB.
”Jika sudah menjadi agenda tahunan pemkab, bukan hanya seni dan budayanya yang diangkat, tetapi potensi daerahnya juga bisa ditampilkan pada festival tersebut,” ujar Rakhmat.
Dia juga tak memungkiri, sejumlah daerah di KBB memiliki kegiatan seni dan budaya yang digelar rutin setiap tahun, seperti hajat lembur, ngaruwat cai, dan beberapa kegiatan lainnya. Meski tidak semuanya mendapatkan bantuan dana, pemkab tetap memberi dukungan, di antaranya dengan mengirimkan perwakilan untuk menghadiri kegiatan tersebut.
Mas Nanu Muda, budayawan Sunda yang juga penggagas Perang Tomat di Lembang membenarkan dukungan pemkab belum optimal. Padahal, menurut dia, seharusnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menjadi garda terdepan dalam mempromosikan seni dan budaya daerah. Festival agrowisata di Desa Cihideung misalnya, tahun ini tidak jadi digelar akibat terpangkasnya dana bantuan dari pemkab. ”Padahal ini sudah menjadi agenda tahunan dan banyak pengunjung yang datang dari berbagai daerah,” ujarnya.