Namun menurutnya, ada hal lain yang bisa ditampilkan Indonesia terkait pencak silat selain aspek bela dirinya. Ada pula unsur-unsur seni, musik, dan busana yang bisa menjadi nilai tambah.
”Kalau hanya bela dirinya saja saingannya banyak. Tapi ini kan pencak silat, bela diri yang ada ngibing (menari), berarti melestarikan musik tradisi. Bajunya bisa didekor-dekor berarti melestarikan busana tradisional,” terangnya.
Pria yang akrab disapa Emil itu mengatakan, agar pencak silat ini bisa ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, pemerintah harus proaktif untuk mempromosikannya. Upaya menyelenggarakan pentas pencak silat tersebut adalah salah satu cara agar para juri bisa tertarik untuk memasukkan pencak silat ke dalam daftar tersebut.
Sementara itu, Emil juga akan mengirimkan angklung ke kedutaan-kedutaan besar di luar negeri yang telah menjalin komunikasi dengannya.
Dalam waktu dekat ia akan mengirim angklung untuk ditampilkan di Gedung UNESCO di Paris, Perancis. Alat kesenian dari banmbu itu merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO sejak tahun 2010 lalu.
”Ada angklung yang bisa kita hadiahkan untuk UNESCO. Di UNESCO ada ruangan yang menampilkan karya budaya yang luar biasa. Angklung kan identik dengan Tatar Parahyangan,” tuturnya.
Ada dua set angklung yang akan dikirim ke Paris, yakni angklung set standar dan angklung robotik. Keduanya diharapkan dapat menjadi salah satu etalase Indonesia di mata internasional.
”Angklungnya pun jangan yang biasa-biasa. Tapi kita buat dengan sangat bagus pakai ukiran-ukiran, mahakarya lah pokoknya,” imbuhnya. (dn/rls/rie)