Hingga lepas lulus sekolah dan memulai bekerja, beberapa gejala aktif pengidap HIV mulai muncul. Dia kerap demam tinggi seperti tipes, diare hingga ada benjolan di leher yang dikhawatirkannya penyakit kelenjar getah bening mirip alm Olga Saputra. ”Sempet saat itu dua minggu sampai gak bisa jalan dan akhirnya dokter di puskesmas merujuk ke rumah sakit untuk menjalani perawatan lebih lanjut,” urainya.
”Saat dites darah, saya diketahui mengidap HIV stadium satu. Beruntung setelah sakit seperti itu, stadiumnya masih ringan,” urainya lagi sambil menambahkan, vonis tersebut diketahui juga oleh ibunya.
Di balik cerita hidupnya, beberapa sekitar 50 persen LSL yang dikenal terjun ke dunia yang sama karena dorongan ekonomi. ”Pelakunya bisa memilih, antara ”Judi” (jual diri) atau ”PR” (peliharaan, Red),” ungkapnya.
Menurut dia, yang ”Judi” lebih terdorong masalah ekonomi tanpa memerhatikan hati. Sementara yang ”PR”, meski memang sama-sama berkaitan dengan ekonomi, namun lebih terjaga karena tidak pindah pasangan. ”Kadang semua juga ada harganya,” ucapnya.
Tersudut Faktor Ekonomi
Remaja yang juga Judi, salah satunya Ay, 15. Perempuan, pelajar SMP di kawasan Bandung Timur ini sudah melakukan pekerjaan yang tidak semestinya dilakukan anak seusianya. Dia sudah setahun terakhir menjajakan diri kepada pria hidung belang. Saat ini, dia duduk di kelas dua SMP.
’’Awalnya saya lagi butuh uang dan kebetulan ada temannya teman saya yang menawarkan saya untuk menemani salah seorang pria yang memang sedang mencari teman kencan untuk diajak ke Ciwidey,” urainya.
”Akhirnya saya ikut karena saat itu sangat butuh uang. Saya sempat menangis iapi tetap saja pria itu memaksa dan akhirnya saya pasrah saja,’’ kata Ay saat ditemuin dibilangan Cileunyi.
Setelah kejadian itu, dia sempat ketakutan kalau hasil dari perbuatannya ini akan menimbulkan masalah. Bahkan dia langsung membeli pil KB karena takut hamil.
Namun, selang beberapa bulan, dia kembali terseret pada lubang yang sama ketika neneknya sakit dan butuh biaya. ’’Usia 3 tahun orang tua saya cerai, jadi saya tinggal sama nenek dan kakek pas kelas 1 SD sampai SMP kelas 2. Kadang saya sedih melihat orang lain bisa berkumpul dengan orang tuanya tapi saya tidak pernah bisa merasakan kasih sayang dari orang tua saya,’’ keluhnya.