Kelangkaan Gas Jangan Berulang

bandungekspres.co.id, SOREANG – Terkait kelangkaan gas 3 kilogram (kg) pihak Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung bekerja sama dengan Pertamina dan Hiswanamigas menggelar operasi pasar (OP) di 31 Kecamatan se-Kabupaten Bandung, kemarin (25/11).

Pantauan di lapangan, ratusan warga Soreang berbondong-bondong membeli gas 3 kg seperti terlihat di Kampung Stasiun, Desa Pamekaran, Kecamatan Soreang, yang dilaksanakan di Pasar Soreang.

Kepala Diskoperindag, Popi Hopipah mengatakan pihaknya akan menggelar OP gas 3 kg serentak dimulai pukul 13.00 di setiap kecamatan. Tiap kecamatan akan mendapatkan kuota sebanyak 360 gas. Untuk disalurkan kepadaa masyarakat ekonomi menengan ke bawah.

”Operasi pasar itu harus dimanfaatkan oleh masyarakat miskin, jangan masyarakat ekonomi menengah memanfaatkan peluang ini. Para kades dan camat harus mengawasi. Ini intruksi bupati,” kata Popi saat ditemui di operasi pasar, Jumat (25/11).

Popi mengungkapkan, operasi pasar yang dilakukan secara serentak agar potensi kecurangan dengan melakukan penimbunan bisa diminimalisasi. Sebab, jika tidak serentak maka potensi para pembeli yang berniat bisa menimbun bisa terjadi.

Dirinya menambahkan para pembeli yang tidak mampu bisa melampirkan surat keterangan tidak mampu untuk bisa membeli gas di operasi pasar. Selain itu, mereka yang berada di ekonomi menengah ke atas bisa beralih menggunakan gas 5,5 Kg.

”Kami membuka dalam operasi pasar itu bagi yang mempunyai 2 tabung 3 kg bisa ditukar dengan gas 5,5 kg ditambah uang Rp 100 ribu,” ungkapnya.

Dia pun menjelaskan, gas 5,5 kg relatif lebih aman. Sementara bagi mereka yang akan mengisi ulang gas di tingkat pangkalan hanya Rp 55 ribu dan di pengecer diusahakan Rp 65 ribu. Terkait dengan wacana pengalihan pemakaian gas 3 kg ke gas 5,5 kg, menurutnya Pertamina belum memberikan arahan tersebut. Namun sifatnya hanya anjuran.

Selain itu, lanjut Popi, pihaknya akan mengatur harga gas subsidi 3 Kg di tingkat pengecer bersama Pertamina dan Hiswana Migas. Selama ini, tidak adanya standar harga menyebabkan harga tinggi di tingkat pengecer.

”Kami sudah bicara dengan Pertamina dan Hiswana Migas bahwa di pengecer harus ada harga standar gas,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan