Gairah untuk mewujudkan mobil listrik belum surut. Lewat tangan sejumlah mahasiswa, inovasi dan riset mobil listrik terus dikembangkan. Mereka punya satu cita-cita: mewujudkan kemandirian teknologi mobil listrik buatan anak negeri.
JUNEKA SUBAIHUL MUFID, Bandung
RAUT wajah Ahmad Syihabur Rohman Ruslianto dan timnya begitu tegang ketika menunggu pengumuman pemenang Kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI). Maklum, mereka mengikut kompetisi di Politeknik Negeri Bandung (Polban) itu dengan predikat juara umum bertahan. Lomba sejak Jumat (18/11) hingga Minggu (20/11) tersebut menjadi ajang pembuktian hasil riset mobil listrik karya Syihab -sapaan Ahmad Syihabur Rohman Ruslianto- dan rekan-rekannya di Sakera Eco Vehicle Team (Sevta) Poltera.
Tim dari Poltera alias Politeknik Negeri Madura itu berkompetisi dengan 21 tim dari 19 kampus negeri dan swasta se-Indonesia. Mereka mengadu kemampuan mobil listrik hasil kreasi sendiri. Mulai adu kecepatan, efisiensi, hingga kelincahan mobil.
”Dan juara umum KMLI tahun ini…….kembali kepada tim Sevta Poltera Madura,” ucap dewan juri. Ketegangan tim Sevta Poltera akhirnya berubah jadi haru. Syihab dan 14 rekannya yang duduk lesehan pun langsung bersujud syukur. Bahkan, ada yang menangis haru. Beberapa yang lain meloncat girang. Sejumlah anggota tim lain terlihat menghampiri dan bersalaman serta mengucapkan selamat. ”Alhamdulillah, alhamdulillah bisa juara umum lagi,” ujar Syihab dengan senyum yang mengembang.
Jerih payah berbulan-bulan membuat mobil listrik yang dinamai Sakera Speed itu akhirnya terbayar lunas. Poltera memang kampus baru yang diresmikan pada 2012. Bahkan, baru tahun ini mereka menempati gedung di Sampang. Sebelumnya mereka menumpang di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) yang satu kompleks dengan ITS. ”Saat bikin mobil itu, kami kesulitan karena harus pindah kampus dari Surabaya ke Sampang,” ungkap Syihab.
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Alat Berat Poltera tersebut menjelaskan, sangat tidak mudah mendapatkan peralatan untuk mobil listrik saat di Sampang. Selain kampus masih baru, suku cadang (spare part) yang dibutuhkan untuk mobil listrik itu tidak cukup tersedia di Sampang. ”Sabtu atau Minggu harus ke Surabaya untuk cari spare part. Bolak-balik, tidak hanya sekali,” kenang arek Duduksampeyan, Gresik, tersebut.