bandungekspres.co.id, Banjir bandang yang menghantam Kota Bandung beberapa waktu lalu mengejutkan banyak pihak. Sebab, tidak hanya menggenangi titik ”langganan”, tapi kawasan baru pun mulai kena getahnya. Pompa banjir menjadi alat paling vital jika hujan intensitas tinggi terus terjadi
Publik Kota Bandung seakan tersentak. Kawasan Pagarsih yang tadinya hanya banjir biasa, kini berubah menjadi bak sungai berbahaya. Bukan karena jeram, tapi arusnya kencang. Sejumlah kendaraan pun terseret.
Menurt data Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung di 2015, tercatat di 54 lokasi. Namun titik banjir sudah berkurang.
Daerah di Bandung yang sering mengalami banjir cileuncang di antaranya, Gedegage, Sriwijaya, Cibaduyut, Pasir Koja, Leuwipanjang, Dago, Supratman, Pagarsih, Ahmad yani, Antapani, Cikadut dan lain-lain.
Sebenarnya, ketika turun hujan, pemerintah tak tinggal diam. Mereka selain menata sistem pengairan, juga menurunkan pompa air untuk menyedot air. Pompa ini menjadi sangat vital karena harus memindahkan air dengan volume tinggi dari satu tempat ke tempat lain.
Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung mengklaim, membeli lima pompa penyedot banjir dengan anggaran Rp 23,5 miliar. Dua di antaranya sudah dipasang secara permanen dan tiga lainnya masih dalam proses dan akan digunakan secara mobile.
Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan Agoes Sjafrudin mengatakan, pompa air tersebut digunakan untuk menyedot sejumlah air yang membanjiri Kota Bandung. Pemetaannya, dua di antaranya akan dipasang secara permanen di Jalan Soekarno-Hatta dekat depan Perumahan Pinus Regency dengan kapasitas 900 m3 per jam.
”Sementara tiga lainnya disesuaikan berdasarkan titik banjir saat itu,” ucap Agoes kepada Jabar Ekpsres ditemui di kantornya, baru-baru ini.
Dia memerinci, dua pompa tersebut dipasang di dalam reservoir (tempat penyimpanan dengan panjang 60 meter, lebar 40 meter dan kedalaman enam meter), ke arah sungai Cinambo. Teknisnya, air banjir di Jalan Rumah Sakit, Gedebage, Kota Bandung akan ditampung terlebih dahulu di reservoir lalu dibuang ke sungai Cinambo.
Dengan kapastitas yang ada, kata dia, pompa permanen ini memiliki anggaran yang paling besar. Yakni, Rp 21 miliar karena mengunakan menggunakan daya listrik. ”Cara kerjanya, pompa tersebut bergerak secara otomatis. Jika sudah sudah ada air yang tergenang, dia akan berjalan sendiri,” urainya sambil menambahkan, pompa tersebut akan ada pada Desember 2016.