Belajar Menghadapi Bencana di Tokyo Rinkai Disaster Prevention Park

Jepang menyiapkan sistem yang terintegrasi untuk menekan jumlah kerugian dan melindungi keselamatan penduduknya saat bencana terjadi. Berikut laporan wartawan Jawa Pos MAHARANI WANODYA dari Tokyo Rinkai Disaster Prevention Park, institusi yang menangani manajemen serta pencegahan bencana di Jepang.

DILIHAT dari luar, lokasi Tokyo Rinkai Disaster Prevention Park di kawasan Ariake, Tokyo, tampak seperti taman biasa Lengkap dengan rumput hijau terhampar plus deretan pohon dan bangku taman. Membentang seluas 13,2 hektare, taman tersebut terbagi menjadi dua.

Satu bagian adalah taman nasional seluas 6,7 hektare dan sisanya 6,5 hektare merupakan taman kota. Pengelolaannya di bawah Pemerintah Kota Tokyo bersama Kementerian Tanah, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata.

Tokyo Rinkai punya peran vital jika bencana besar terjadi. Taman tersebut difungsikan sebagai pusat manajemen bencana. Berbagai informasi mengenai bencana yang terjadi akan terkumpul di sana. Begitu pula koordinasi darurat untuk tindakan pemulihan pascabencana. Selain itu, Tokyo Rinkai menjadi basis untuk unit bantuan regional dan penanganan medis korban bencana.

Pusat edukasi seputar bencana juga berdiri di dekat pintu masuk Tokyo Rinkai. Di bangunan berdinding kaca itu terpajang tanda besar berbentuk bundar bertulisan Sona Area. Siapa pun bebas berkunjung mulai pukul 06.00 hingga 20.00 waktu setempat. Gratis. Saya tidak melewatkan kesempatan untuk datang ke fasilitas yang bisa dicapai hanya 5 menit dari Stasiun Kokusai Tenjijou itu pada Selasa (15/11).

Lokasi tujuan pertama saya adalah Sona Area. Ketika masuk, suasananya tidak mirip pusat edukasi. Sebab, pemandangan pertama yang saya tangkap adalah food court yang menjual beragam menu makanan dan minuman.

Tidak ingin terdistraksi aroma kuliner yang bikin iman goyah, saya cepat-cepat menuju ke sisi kiri, di meja informasi. Petugas bernama Kurume Fumie menyambut dengan senyum ramah. Kebetulan, pada saat bersamaan, ada rombongan manula yang sedang berkunjung. Fumie mengira saya adalah bagian dari rombongan yang akan mengikuti tur How to Survive the First 72 Hours After Earthquake itu.

Begitu saya memperkenalkan diri, dia menyatakan bahwa saya harus menunggu tur berikutnya pukul 11.30. Sambil menunggu giliran setengah jam lagi, dia menyarankan agar saya melihat-lihat di lantai 2 dulu.

Tinggalkan Balasan