bandungekspres.co.id – Bima Arya kalang kabut. Wali kota Bogor itu blusukan ke titik-titik yang membuat Kota Hujan menjadi kota berkendara terburuk kedua versi aplikasi Waze kemarin pagi.
AYUNAN kaki dimulai dengan menuju ke kawasan Jalan Pajajaran yang terkenal sebagai pusat lalu lintas Kota Bogor karena aksesnya yang langsung menuju tol. Bima mengamuk saat melihat beberapa angkutan kota (angkot) yang tetap berani mangkal di depannya.
”Mulai besok, tidak ada lagi yang ngetem di sini!” ujarnya kepada beberapa sopir angkutan Sukabumi dan sopir taksi yang mangkal di badan jalan.
Beberapa pedagang kaki lima (PKL) juga kocar-kacir saat didatangi orang nomor satu di Kota Bogor itu. Apalagi, Kasatpol PP, Kadis LLAJ, dan kepala DBMSDA turut mengawal suami Yane Ardian tersebut. ”Ibu tahu tidak? Trotoar ini untuk pejalan kaki, bukan untuk berjualan!” teriaknya kepada seorang pedagang di bawah jembatan penyeberangan di dekat Terminal Baranangsiang.
Bima juga menggelar sidak untuk melihat pembangunan jalur pejalan kaki atau pedestrian yang memakan badan jalan di wilayah Otista dan Juanda. Lantas, apakah rangkaian pantauan lapangan kemarin menjadi solusi kemacetan di Kota Bogor? Tentu tidak.
Kepala wilayah yang menuntaskan S-3 di Universitas Canberra, Australia, itu menyatakan, dirinya tidak menyangkal survei Waze terhadap Kota Bogor. Bogor memang semakin macet. Dia juga tidak menampik pesatnya pertumbuhan kendaraan.
”Diperlukan satu langkah serius untuk mengurai kemacetan. Kami juga bicara soal penegakan disiplin dan penambahan petugas. Sudah kami anggarkan,” ungkapnya pada pertengahan sidak kemarin.
”Yang jadi penyakit, personel penegak hukum di lapangan tetap membiarkannya. Karena itu, kami akan kembali berkoordinasi dengan pihak kepolisian,” lanjutnya.
Bima menganggap pengunjung Kebun Raya Bogor (KRB) sebagai biang kemacetan. Per hari ada seribu pengunjung, tapi lahan parkir yang disediakan tidak seimbang.
”Jadi, bagaimana kami mengelola lahan parkir? Jangan sampai ada parkir liar di mana-mana. PKL dan angkot juga kerap memakan badan jalan. Angkot ini akan kami geser menjadi Trans Pakuan,” tuturnya. (dka/c18/ami/rie)