bandungekspres.co.id, BATUNUNGGAL – Pengendalian lalu lintas di Kota Bandung jangan lagi bersifat situsional. Tetapi, harus komprehensif. Hal ini diungkapkan anggota Komisi C DPRD Kota Bandung Folmer Silalahi di ruang kerjanya kemarin (10/8).
Politikus PDI Perjuangan itu menjelaskan, pengendalian lalu lintas itu sifatnya bukan sekedar memindahkan kemacetan. Akan tetapi, bagaimana mengubah pola pikir masyarakat meninggalkan kendaraan pribadinya berganti ke angkutan publik.
Mengacu kepada data dari kepolisian tahun 2015, jumlah total kecelakaan lalu lintas di Bandung terhitung sebanyak 682 kejadian yang mengakibatkan 100 kematian dan 811 cedera. Hal ini menjadi perhatian Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung dan Polrestabes Bandung untuk menurunkan angka tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung Didi Ruswandi menyatakan, 99 persen kecelakaan terjadi diawali dengan pelanggaran. Untuk itu, pihaknya menilai perlu melakukan edukasi kepada pengguna lalu lintas agar tidak melakukan pelanggaran di jalan raya.
”Dalam proses pembangunan karakter, harus bergeser ke hulu. Proses pertama adalah dengan penegakkan hukum. Sekarang harus mulai bergeser ke edukasi,” ucap Didi di Balai Kota Bandung.
Dishub dalam lakukan edukasi menggandeng Polrestabes Bandung. Upaya itu sekaligus sosialisasi Gerakan Bandung Disiplin (GBD) dan penegakan hukum yang akan dilakukan di dua titik, yaitu persilangan kereta api di Jalan Nurtanio, Kecamatan Andir dan Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta di Cibaduyut.
Kedua titik tersebut dipilih berdasarkan tingkat kemacetan lalu lintasnya. Hal itu, dibenarkan Wakasatlantas Polrestabes Bandung Kompol Adjie Kartasasmita, saat menjelaskan pilot project mengentaskan kemacatan di Bandung yang akan dilaksanakan selama tiga bulan.
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pemasangan spanduk, pengeras suara, dan signboard berupa ajakan untuk tertib berlalu lintas. Polisi juga akan berada di tempat untuk melakukan penegakkan hukum.
”Ini merupakan implementasi dari gerakan Bandung Bersatu. Kita mencoba bisa memberikan perubahan, baik itu dalam hal berlalu lintas dan keselamatan. Kita mencoba berlajar bergerak dari hulu, tetapi tetap mengedepankan aspek edukasi dan preventif. Sehingga ke depannya peneggakan hukum diharapkan sudah minim,” jelas Kompol Adjie.
Dia berharap kegiatan itu akan membawa perubahan yang positif bagi masyarakat sehingga menghilangkan stigma Kota Bandung sebagai kota yang macet. ”Saya berharap ini akan jadi teladan, sehingga pesimisme dari masyarakat tentang Bandung yang macet bisa berkurang. Insya allah dengan usaha ini dapat merubah Bandung yang lebih baik,” pungkas Adjie. (edy/fik)