Ibu Muda Jarang Ajarkan Sunda

bandungekspres.co.id, SUKASARI – Adanya pelestarian dan penggunaan bahasa daerah sebenarnya berada di keluarga. Diakui atau tidak, anak-anak bisa mengenal bahasa daerah pertama kalinya yaitu keluarga. Akan tetapi, terkadang bahasa daerah malah sering dikenalkan lewat sekolah.

Saat ini, ibu-ibu muda kelahiran tahun 80-90an malah sudah jarang mengggunakan bahasa daerah dalam kesehariannya. Menurut Dosen Bahasa Daerah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Retty Isnendes, kebanyakan para ibu muda malah menggunakan Bahasa Indonesia (nasional) dalam bercakap dan mengajak ngobrol anak-anaknya.

”Mereka menggunakan bahasa daerah malah nanti anak-anak berada di usia sekolah,” kata Retty kepada Bandung Ekspres saat dihubung melalui telepon kemarin (28/7).

Padahal, ketika mengenalkan bahasa daerah sejak usia dini, hal itu akan melestarikan bahasa daerah. Serta anak-anak akan lebih paham terhadap bahasa daerahnya. Terlebih adanya bahasa daerah terutama Bahasa Sunda terdapat kata-kata yang sama pengucapnnya.

Jika orangtua muda tidak lagi menggunakan bahada daerah, otomatis pewarisan bahasa muda vakum dan mati. Pelestarian bahasa daerah daerah bukan ditekankan pada pemerintahan, melainkan pada masyarakat. Masyarakat harus semakin sering menggunakan bahasa daerah.

Minimalnya di lingkungan keluarga, ketika berbicara harus menggunakan bahasa daerah. Secara pribadi, pihaknya masih mewariskan Bahasa Sunda pada anak sendiri. Baginya Bahasa Sunda adalah bahasa indung yang wajib diwariskan dari tuturunan, dan sekarang mewariskannya pada anak-anaknya.

Sedangkan bahasa daerah di Jabar terdapat tiga bahasa yang sudah ditetapkan dalam perda sebagai bahasa daerah. Di antaranya Sunda, Cirebon, Betawi. ”Secara umum dan dominan Bahasa Sunda diajarkan karena komposisi penggunanya lebih banyak orang Sunda,” ucapnya.

Dia menjelaskan, pembelajaran Bahasa Sunda sebagai muatan lokal sudah mencerminkan budaya Sunda, walaupun materinya sangat terbatas (karena diatur kurikulum). Bahasa Sunda bisa disebut basa indung karena mayoritas penggunanya lebih dari dua bahasa lainnya. Pengertian bahasa indung di sana adalah bahasa daerah.

”Pengertian yang diambil dari UNESCO Sekarang yang jadi masalah adalah ibu-ibu muda yang tidak lagi menggunakan bahasa daerah atau Sunda yang notabene bahasa indung,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan