Koordinator Person in Charge (PIC) Nindya Kusuma Dewi menambahkan, saat ini PlayPlus secara aktif berkegiatan di enam kota. Yakni, Banda Aceh (perwakilan Sumatera), Jogjakarta (Jawa), Banjarmasin (Kalimantan), Parepare (Sulawesi), Lombok (NTB), dan Masohi (Maluku).
”Ada 300-an volunter yang aktif membantu kegiatan ini di enam kota tersebut,” ujar Nindya.
Salah satu tantangan komunitas itu adalah mengumpulkan aneka permainan tradisional yang ada di Indonesia. Sebab, selain jenisnya banyak, ternyata juga ada permainan yang sama tapi nama di setiap daerah berbeda-beda. Egrang contohnya.
”Itu tantangan kami dalam menyusun database permainan anak-anak,” imbuh Nindya.
Ada juga permainan merboni-boni dari Sumatera Utara. Dalam bahasa lokal masyarakat Dairi, merboni-boni memiliki arti sembunyi-sembunyian.
Permainan sapu tangan tersebut biasa dimainkan anak-anak di daerah Karo. Namun, ternyata permainan itu juga ada di sejumlah daerah yang adat Melayu-nya masih kental. Namanya bermain selampai.
Tak hanya soal penyusunan database, tantangan lain yang dihadapi komunitas tersebut adalah cara mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak.
Maklum, banyak di antara mereka yang sejak kecil sudah tak dikenalkan permainan tradisional oleh keluarga. Lingkungan telah ”memaksa” mereka memainkan game-game elektronik.
”Membuat mereka antusias menjalankan permainan tradisional itu susah juga. Dalam setiap acara, tak jarang mereka awalnya canggung,” terangnya.
Menurut Nindya, setiap permainan tradisional memiliki keunikan masing-masing. Karena itu, cara pengenalannya pun harus disesuaikan dengan daerah setempat.
”Tak ada satu permainan utama yang harus kita kenalkan. Sebab, bagi kami, semua permainan tradisional menyenangkan dan punya nilai-nilai yang berbeda,” tuturnya.
Tidak hanya mengajarkan cara bermainnya, komunitas itu juga memberikan edukasi mengenai asal muasal permainan tradisional. Egrang misalnya.
Permainan tradisional dengan menggunakan sepasang bambu untuk berjalan itu ternyata tidak hanya ada di Indonesia. Permainan tersebut juga ada di beberapa negara di Eropa dan Afrika.
Di Indonesia ada yang meyakini bahwa permainan egrang berasal dari Kotaagung, daerah di Kabupaten Tanggamus (Lampung Selatan), Provinsi Lampung. ”Sebab, egrang itu berasal dari bahasa Lampung yang artinya terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang,” terang Bernando.