Citra berterima kasih sekali kepada pimpinan di kantornya yang telah memberi kelonggaran agar dirinya bisa fokus di futsal. ”Mulai sejak persiapan untuk turnamen di dalam negeri sampai dengan di Myanmar ini,” katanya.
Pemain-pemain JKA memang memiliki latar belakang berbeda-beda. Ada yang guru, PNS, atau mahasiswa. Rata-rata mereka berdomisili di Pamulang, Tangerang Selatan.
Adalah pasangan suami istri Eddy Sarwono-Novianti yang mendirikan JKA pada 2009. ”Saya dan suami mendirikan tim ini saat mulai berbisnis penyewaan lapangan futsal di Tangerang Selatan,” kata Novianti.
Para penggawa JKA dahulu adalah pemain sepak bola. Mereka berpindah futsal karena menganggap varian sepak bola itu berkembang sangat pesat dan lebih menjanjikan. ”Apalagi, futsal kan olahraga indoor. Jadi, tidak mengganggu warna kulit hehehe,” kata Anggi.Selain bermateri para penggawa yang membawa mereka juara Indonesia, JKA berangkat ke Myanmar dengan meminjam tiga pemain dari UPI Bandung: Novita Murni, Fitri Rosdiana, dan Tia Darti Septiawati. Percampuran itu toh tak mengurangi kekompakan. Semua pemain membaur, menghadapi suka-duka bersama. Termasuk saat sama-sama ”terisolasi” di hotel di Nay Pyi Daw yang jauh dari mana-mana.
”Nyari makanan cepat saji saja susahnya minta ampun. Pusat keramaian berkilo-kilometer jauhnya dari hotel,” kata Citra.
Tapi, keterisolasian itu mendatangkan berkah. Karena hanya bisa mengurung diri di kamar, para pemain bisa beristirahat secara maksimal. Kebugaran tersebut sangat penting karena dalam kurun enam hari, mereka mesti bertanding lima kali.
The winning team di Myanmar itu pun akan dipertahankan untuk Pro Women Futsal League musim baru. Tujuannya, mereka semakin matang. Sebab, target selanjutnya adalah tak sekadar berpartisipasi di kejuaraan Asia tahun depan. Tapi, berprestasi. ”Kami akan bernegosiasi dengan manajemen UPI agar tiga pemain mereka bisa tetap membela JKA,” kata Andre. (*/c10/ttg/rie)