bandungekspres.co.id, BANDUNG – Seorang anak yang memelajari lebih dari satu bahasa dinilai lebih cerdas ketimbang anak lain seusia yang hanya menguasai satu bahasa.
Kepala Badan Pengembangan Bahasa Kemendikbud Republik Indonesia Dadang Suhendar mengatakan, anak yang mengerti lebih dari satu bahasa lebih luas pengetahuan.
”Makin banyak, makin bagus untuk anak,” kata Dadang ditemui di UPI, belum lama ini.
Dia mengatakan, memelajari dan menguasai bahasa tersebut tidak harus bahasa asing. Bahasa daerah pun, kata dia, bisa merangsang memori anak dengan baik.
Bagi dia, Indonesia itu unik. Beda daerah, beda bahasa dan beda juga aturan penggunaannya. Contoh bahasa Sunda atau Jawa, di mana satu kata yang dipakai berbeda antara untuk sesama dan lebih dewasa. Jika digunakan setiap hari dalam waktu cukup lama, itu bisa berpengaruh pada psikologi anak.
”Ketika anak bisa membedakan mana untuk seusia dan untuk lebih dewasa, otomatis nilai sopan santun dia pun akan terbentuk dengan sendirinya,” ucap dia.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Anies Baswedan mengatakan anak harus diajarkan bahasa nasional, daerah dan internasional. Sebab, diakui olehnya bahasa adalah alat komunikasi untuk setiap hari.
”Saya nggak akan bisa berkomunikasi dengan istri saya jika dia menggunakan bahasa Sunda. Begitu juga saya kalau menggunakan bahasa Jawa,” jelasnya.
Dia mencontohkan, presiden pertama Indonesia Ir Soekarno yang bisa membawakan Pancasila di mata dunia. Saat itu, kata dia, Soekarno berpidato dengan bahasa Inggris tapi dengan logat Jawa.
Dulu, kata dia, di tahun 30-an, adanya bahasa nasional dianggap salah satu cara penghapusan kebudayaan. Lebih dari itu, bahasa daerah merupakan ciri khas bangsa dan jangan sampai dihilangkan.
Dia mengatakan, kosa kasa di kamus bahasa Indonesia saat ini masih minim. Saat ini, kosa kata bahasa Indonesia baru mencapai 95 ribu. Angka ini jauh berbeda dengan dengan Inggris yang sudah mencapai 1 juta kosa-kata. ”Untuk menambah kosa-kata bahasa indonesia perlu diadaptasi dari bahasa daerah,” pungkasnya. (nit/rie)