Orangtua Harus Didik Semangat di Hari Pertama Sekolah

Post holiday syndrome alias sindrom pasca liburan tidak hanya diderita orang dewasa, tetapi juga bisa terjadi kepada si kecil. Gejala utamanya, anak enggan kembali ke sekolah setelah liburan panjang yang menyenangkan. Apa yang harus dilakukan orangtua agar anak tetap bersemangat untuk sekolah?

Mike Dwi Setiawati, Cirebon

LIBURAN memang menyenangkan. Tapi bila liburan sudah usai, semuanya mau tidak mau harus kembali ke aktivitas biasa. Anak-anak khususnya, kembali ke sekolah. Tetapi, bagaimana bila si kecil masih juga bermalas-malasan ke sekolah? Sulit bangun pagi, sarapan pun sangat lambat. Jika itu yang terjadi, mungkin si kecil mengalami post holiday syndrome alias sindrom usai liburan panjang.

Dalam taraf yang lebih ekstrim, si kecil bisa-bisa tidak mau berangkat ke sekolah. Ada saja alasannya. Sakit perutlah, pusing, dan sebagainya. Sampai akhirnya, orang tua harus membujuk dengan berbagai iming-iming hadiah supaya si kecil mau sekolah lagi.

Menurut Psikolog, Stefanie Pekasa MPsi, bahwa liburan memang sangat dibutuhkan setiap orang, termasuk anak-anak sekolah. Sebab liburan memang memiliki tujuan untuk mengistirahatkan fisik dan pikiran anak-anak saat mereka beraktifitas di sekolah. Namun, karena terbawa suasana santai dan menyenangkan setelah liburan, banyak anak yang malas bersekolah serta memulai untuk belajar lagi.

”Orang tua sebaiknya mempersiapkan anak pada hari sebelumnya seperti memberi tahu bahwa besok anak mulai sekolah kembali sehingga harus bangun pagi. Kadang di hari pertama sekolah anak perlu penyesuaian kembali. Biasanya bangun siang jadi harus kembali bangun pagi,” ujarnya.

Bersenang-senang saat liburan, lanjut Stefanie, sah-sah saja. Bahkan, itu harus karena otak juga butuh diistirahatkan dari rutinitas sekaligus untuk penyegaran kembali (refreshing). Tetapi, hari libur memiliki batas dan orang tua harus memastikan si kecil selalu siap untuk kembali ke sekolah kapan saja. Salah satunya, tentu dengan senantiasa mengingatkan si kecil bahwa setelah libur, dia harus kembali ke sekolah. Untuk menghindari sindrom pasca liburan seperti ini lanjut Stefanie, kedepannya orang tua harus menekankan bahwa libur bukan berarti libur dari aktivitas belajar.

Tinggalkan Balasan