Bermain dengan formasi andalannya, 4-4-2, tidak ada gap yang berjauhan antara back four dan lini tengahnya. ’’Begitu kompaknya, sampai-sampai tidak ada seorang pun penggawa Portugal yang menghabiskan banyak waktu berdiri dalam jarak 20 meter di depan rekan-rekannya. Semua ikut membantu dalam pertahanan,’’ ulas pundit Simon Kuper di Financial Times. Pepe dan Jose Fonte sebagai duo bek tengah di-cover terlebih dahulu oleh William Carvalho di tengahnya.
Rapatnya pertahanan Portugal itu menyulitkan serangan Prancis yang bermain dengan Moussa Sissoko dan Dimitri Payet yang lebih melebar (4-4-2) ketimbang 4-2-3-1 sebagaimana skema dalam dua laga terakhir. Suplai-suplai bola kepada Antoine Griezmann dan Olivier Giroud pun kerap terpotong.
Michael Cox, dalam analisisnya di The Guardian, melihat ada perbedaan dalam 4-4-2 milik Portugal di awal permainan dengan setelah cederanya Ronaldo. Skema Seleccao das Quinas berubah menjadi 4-3-3 ketika Quaresma masuk. Sebab, Quaresma lebih bermain ke sayap dan meninggalkan Nani di depan sebagai lone striker.
Jangan perhatikan susahnya Nani di lini depan dalam mendapat suplai bola. Kekuatan utama Portugal bukan di situ. Melainkan dari kecerdikan sisi kiri yang ditempati Joao Mario. Bersama Raphael Guerreiro, beberapa kali pemain yang masuk bidikan Manchester United itu membuka celah sisi kanan Prancis. Keduanya mampu menarik Bacary Sagna yang menjadi bek kanan Prancis untuk meninggalkan posnya. Bahkan, ketika digantikan Moutinho, determinasi di sisi itu tidak berubah. Gol Eder pun bermula dari sisi kanan area pertahanan Prancis.
Kesimpulannya, semua karena tidak adanya Ronaldo. Meski demikian, Pepe yang menjadi man of the match dalam laga itu menyebut Ronaldo-lah sosok paling penting dalam kemenangan final kali ini. ’’Berat rasanya kehilangan sosok pembeda seperti dia (Ronaldo). Begitu dia tidak kembali main lagi, saya katakan ke teman-teman, ayo menangkan laga ini untuk Ronaldo,’’ ungkap pemain yang seklub dengan Ronaldo di Real Madrid itu.
Selain Ronaldo, lanjut Pepe, briliannya taktikal Santos menjadi kunci utama. ’’Dia mampu mengatur ulang strategi tim ini dengan tepat dan jitu. Memasukkan para pemain pengganti pun dalam waktu yang tepat,’’ bebernya. Moutinho dan Eder yang menjadi dua kunci terjadinya gol memang dimainkan Santos dari bangku cadangan. Moutinho menggantikan Silva pada menit ke-67, lalu Eder menggantikan Renato Sanches di menit ke-79. Diberitakan Sky Sports, Santos menyebut kemenangan itu sebagai tanda bahwa Portugal adalah Portugal. Sebuah tim, bukan lagi Ronaldo-sentris. ’’Saya selalu tekankan kepada pemain, Portugal itu sebuah tim, bukan individu,’’ ucapnya.