Sarmini, Pencetak Hafiz dan Hafizah yang Metodenya Banyak Diadopsi

Untuk Saudah, kadang Sarmini juga memutar kaset yang berisi tilawah Alquran. Ketika menginjak usia 2,5 tahun, si kecil sudah diajari huruf hijaiah dan mengenal tulisan Arab. Tiga tahun kemudian Saudah dididik menghafal Alquran. Yaitu dengan cara ditalqin. Dibacakan, kemudian anak diminta menirukan. Dimulai dari juz 30. Proses talqin dilakukan secara bertahap. Ayat per ayat, tapi kadang hanya setengah ayat jika ayatnya cukup panjang. Setelah dibacakan beberapa kali, sang anak diminta menirukan sampai hafal.Ketika sudah hafal satu ayat, pindah ke ayat selanjutnya. Begitu seterusnya hingga anak itu hafal satu halaman Alquran. Saat sudah hafal satu halaman, Saudah sudah bisa menghafal tanpa proses talqin. Dia sudah mempunyai cara sendiri untuk menghafal. Saudah kemudian diminta setor hafalan setiap pagi. Dan mengulanginya pada siang dan sore hari. Jadi, ayat yang sudah dihafal akan tetap terjaga dan tidak terlupa. Jadilah pada usia 7,8 tahun Saudah sudah berhasil hafal 30 juz.

Keberhasilan Saudah menjadi hafizah di usia sebelia itu ternyata menarik minat beberapa rekan Sarmini. Sarmini tak berkeberatan. Dia pun menerapkan metode yang telah dipakai ke tiga anak rekannya yang belajar kepadanya.

Namun, pada 2011 Sarmini dan keluarganya harus pindah ke Jakarta. Dia diterima menjadi pengajar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta. Saat pindah ke ibu kota itu, dia mengajak tiga mahasiswi Ma’had Umar bin Khattab Umsida. ”Mereka saya minta untuk bantu saya (mengajar Alquran, Red),” ucap dia.

Belum lama tinggal di Jakarta, ada sekitar lima anak yang belajar Alquran darinya. Ibu empat anak itu pun menerapkan kurikulum yang sudah diterapkannya kepada anak-anaknya. Dengan dibantu tiga ustadah, dia dengan telaten mengajari para siswa. Setiap anak bergantian ditalqin. Setelah dibacakan, siswa tersebut kemudian diminta menirukan sampai hafal.

Metode talqin digunakan untuk menjadikan anak fokus pada pendengaran. Tentu kemampuan anak berbeda-beda. Jika sudah bisa hafal satu halaman, siswa akan dilepas dan tidak ditalqin lagi.

Untuk memudahkan proses pengajaran, Sarmini pun membagi dua kelas. Yaitu kelas mentoring untuk yang belum hafal satu halaman dan kelas mandiri yang sudah hafal satu halaman. Anak yang masuk kelas mandiri sudah mempunyai cara sendiri dalam menghafal dan memiliki target sendiri. Misalnya, dalam sehari dia bisa setor satu halaman.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan