Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Pemerhati Kehutanan, Lingkungan, dan Tatar Sunda Mubiar Purwasasmita membahas tentang peduli lingkungan, terkait pendidikan karakter dibahas oleh Mamat Supriatna, dan mengulas tentang aspek psikologi yaitu Lismania. FGD juga dimoderatori Ketua Dewan Kebudayaan Jawa Barat Dr. Ganjar Kurnia, DEA.
Sekretaris Bandung Masagi Dante Sigmalia mengungkap, dengan karakter Bandung sebagai kota metropolitan, ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibarengi dengan menyaring informasi tersebut secara baik. Serta dimulai dengan hal yang dekat dengan manusia, yaitu kebudayaan. ’’Bandung memiliki kebudayaan silih asah, silih asuh, silih asih dan wawangi,’’ ungkapnya.
Hal tersebut dianggap sebagai ruang pengembangan karakter. Dia mengungkap, FGD ini merupakan upaya mendapat masukan terakhir, sebelum disajikan kepada walikota. Dengan mengundang sejumlah pihak. ’’Barangkali ada masukan atau hal sensitif yang perlu dihindari. Sehingga nanti hasil akhirnya 99 persen. Sisanya, tinggal political will walikota untuk melaksanakan,’’ ungkap dia.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudiapermana optimistis Bandung Masagi bisa diluncurkan pada 18 Juli 2016. Implementasinya terkait dengan masa orientasi peserta didik (MOPD). ’’Karena itu, mereka yang berasal dari guru dan pengurus OSIS setiap sekolah akan lebih dulu menerima training of trainer (ToT). Dengan begitu, ketika launching sudah ada panduannya bagi para calon panitia,’’ jelasnya.
Hal itu agar pelaksanaan MOPD mengacu kepada pendidikan berkarakter Bandung Masagi. Elih menambahkan, pelaksanaan kurikulum Bandung Masagi juga sebagai implementasi inovasi Kurikulum 13 yang berbasis karakter dengan kekuatan lokal. Sehingga, program memang ini ada kaitan dengan kebijakan nasional, tapi kental inisiatif lokalnya. (nit/vil)