bandungekspres.co.id, MADRID – Kejayaan Atletico Madrid tidak lepas dari filosofi Cholismo. Seperti namanya, filosofi itu ditancapkan entrenador Diego Simeone ke dalam klub berjuluk Los Rojiblancos tersebut. Musim 2015-2016 ini, dengan Cholismo-nya Simeone berhasil membawa klubnya menggila di La Liga juga di Liga Champions.
Akan tetapi, kedatangan Josep Guardiola bersama dengan armada Bayern Muenchen-nya dalam leg pertama semifinal Liga Champions di Vicente Calderon, Madrid, dini hari nanti berpotensi merusak bulan madu Cholismo. Sebab, di antara pelatih elit Eropa yang pernah menghadapi El Cholo – julukan Simeone, Guardiola yang belum pernah kalah.
Dua kali bersua di La Liga 2011-2012, dua kali pula Guardiola bersama filosofi Guardiolismo-nya menumbangkan Atletico. Di Camp Nou dengan 5-0, lalu di Vicente Valderon 2-1. ”Sekarang, kami butuh bermain dengan hati, kaki, dan kepala dalam roadmap kami. Kami harus mengubah segalanya,” ucap Simeone, dikutip dari Eurosport.
Cholismo adalah filosofi yang dicurahkan Simeone dalam buku biografinya berjudul El Efecto Simeone: La Motivacion Como Estragia. Filosofi ini memfokuskan permainan tim dibandingkan skill individu pemain. Nah, dengan filosofi ini Atletico menjelma sebagai klub dengan pertahanan terbaik di Eropa.
Simeone konfiden bisa mengubahnya. Filosofinya di awal-awal kekuasaan dulu belum matang. Dari yang awalnya klub dengan rasio kebobolan per game 1,01, menjelma menjadi cuma 0,49 per game kebobolannya. Hingga menjejak semifinal baru lima gol yang bersarang ke gawang Jan Oblak dari fase grup.
Menyingkirkan Barcelona dari perempat final dengan agregat gol 3-2 lalu jadi pelajaran. Sebab dari tipikal permainan Barca tidak jauh berbeda dengan Bayern. Keduanya bertumpu pada penguasaan bola. Whoscored mencatat, Die Roten – julukan Bayern – sebagai klub dengan penguasaan bola terbaik di Liga Champions musim ini dengan 66,5 persen.
Di bawahnya baru ada Barca dengan 64,9 persen. Pertahanan kokoh yang diakhiri dengan pola counter attack cepat dan efektifitas serangan lebih dari 60 persen akan dijadikan sebagai pembunuh asa Bayern.
”Persetan dengan penguasaan bola. Okay, di situ lawan kadang lebih baik dari kami. Tapi, kami punya kekuatan untuk menghabisinya,” koar pelatih berkebangsaan Argentina tersebut.