Lalu, untuk kategori jenis orang tau ketiga adalah orang tua sadar. Mereka mendidik anak sesuai dengan yang seharusnya, sehingga jenis ini sukses dalam mendidik anak.
Netty memberikan contoh, ketika dia bersama sang suami memutuskan untuk menikah komitmen dengan tiga hal dalam mendidikan anak. Ketiga hal itu adalah beri arahan, pilihan dan alasan.
”Saya berharap mulai dari sekarang ubah dalam pola mendidik anak. Sebab, kalau tidak seperti itu anak akan mencari di luar dan pada akhirnya akan menjadi korban kekerasan,” harap Netty.
Sementara itu, Kak Seto Mulyadi yang memberikan materi kurang lebih 45 menit mengingatkan, kekerasan pada anak akan membuat anak lari dari keluarga. Untuk itu maka dalam mendidik anak harus lebih mengedepakan cinta.
”Semua anak memiliki bakat masing-masing sehingga ambisi orang tua jangan dibebankan kepada anak. Sebagai contoh pesebakbola Maradona, andai saja saat sekolah oleh orang tuanya ditarget harus memiliki nilai matematik 8 mungkin tidak akan menjadi pemain bola. Begitu juga dengan anak kita,” jelasnya.
Impian anak, kata dia, adalah sekolah dan rumah yang ramah anak. Pada dasarnya semua anak senang belajar tinggal orang tua yang pintar dan tentu harus memiliki kreativitas.
”Kalau jadi orang tua harus kreatif dalam mendidik. Sehingga anak akan marasa nyaman. Ingat jangan sekali memukul atau melakukan tindakan kekerasan karena itu tidak benar,” jelas dia.
Mulai sekarang, kata dia, agar di setiap daerah tidak terjadi kekerasan pada anak, maka perlu dibentuk Satgas Perlindungan Anak dari mulai tingkat RT/RW. Sehingga akan tercipta Kabupaten Kuningan sebagui daerah ramah anak.
Sementara itu, Wakil Bupati Kuningan H Acep Purnama menerangkan, kegiatan seminar dalam mendidik anak merupakan hal penting dalam upaya menekan jumlah kekerasan anak. Bukan hanya di Kuningan tapi di seluruh Indonsia.
”Masalah mendidik anak menjadi tanggung jawab. Sehingga kita mulai dari sekarang menerapakan pola yang benar,” ucap Acep. (mus/rie)